Monday, December 15, 2008

'Cuti' Lagi...

Lama....

Entah ini yang ke berapa kalinya aku kembali mengalami fase 'cuti' menulis. Bukan karena tak ada ide. Kalau masalah ini, alhamdulillah ide terus mengalir. Namun sayang, banyaknya ide yang makin lama makin memenuhi volume otakku tidak diimbangi dengan 'kesempatan' atau waktu yang ada untukku menuangkan ide-ide ini. Duh... 

Tuesday, December 2, 2008

Salahkah aku?

Salahkah jika aku tidak mau orang lain tau siapa dan dari mana aku?

Salahkah jika aku selalu 'berpura-pura' netral?

Salahkah jika aku begini..??


SALAHLAH PEMIKIRANKU INI??

HARUSKAH AKU SEGERA MENGAKUI SIAPA AKU??

----

(Aku...

aku tak ingin orang memandang siapa dan darimana aku...

itu sangat tidak nyaman!!! aku merasa terkungkung dan terikat.. ak merasa tidak bebas!!

dan memang tak semua orang harus tau kan??

aku lebih suka jika orang melihat bagaimana aku...

melihat aku dari akhlakku.. bukan dari label yang telah menancap padaku!!!)

utakk atikkkk



Beberapa waktu yang lalu aku kangen membuka binderku sejak zaman aku SMP dulu trus aku menemukan coret-coretanku zaman kanak-kanak (waktu SMA maksudnya...) hehe...


Duh, aku masih bisa bikin kayak ginian lagi gak ya sekarang?? huikss...hehe, emang sih nggak bagus-bagus amat (maklum masih amatiran), tapi setidaknya aku yang dulu lebih hebat kali ya??hehe
Betewe ada yang bisa nebak gak tu bacanya apa??

Kuku panjang


“Mbak, boleh gak sih punya kuku panjang?” tanya seorang adikku.

“Hm...” aku tersenyum mendengar pertanyaan itu.

“Iya mbak, aku juga pernah dengar katanya gak boleh lho!” ujar adikku yang lain.

“Oh ya?” tanyaku.

“Iya mbak.. katanya tuh nanti di akhirat, kuku-kuku itu bakal mencakari wajah kita. Hiiyy... Bener ya Mbak?” jelasnya.

“Iya Mbak, gimana?” tanya yang lain panik.

“Hm, memang benar..” aku pun mulai menanggapi, “aku juga pernah dengar begitu. Aku agak lupa sih. Tapi yang jelas, beberapa waktu yang lalu aku kebetulan membaca buku tentang Fiqih Wanita. Nah kalau nggak salah, di dalam buku itu dijelaskan bahwa mempunyai kuku yang panjang itu tidak dianjurkan. Kenapa? Itu karena kuku panjang itu identik dengan kotor. Iya nggak? Hm, mungkin ada sih sebagian yang berdalih bahwa kuku panjang bisa tetap bersih kok dengan perawatan, medicure, pedicure, de-el-el. Tapi apakah itu bisa menjamin bahwa tidak ada satupun kotoran yang terselip di antara kuku-kuku kita?”

“Hm..” lanjutku, “mata kita memiliki keterbatasan. Ia tidak bisa melihat kotoran-kotoran berukuran mikro yang menempel di sela-sela kuku. Nah kan sayang tuh. Kita udah susah payah beribadah, shalat fardhu dilengkapi dengan shalat-shalat rawatibnya, lalu shalat sunnah Dhuha maupun Lail, tapi ternyata nggak diterima sama Allah hanya gara-gara ada kotoran najis yang menempel di tubuh kita. Na’udzubillah kan??”
“Jadi nggak boleh ya mbak manjangin kuku?”

“Hehe, bukannya nggak boleh, tapi tidak dianjurkan,” jelasku, “sebetulnya kalian nggak usah tanya boleh apa nggak. Dari penjelasanku tadi seharusnya kalian sudah bisa menyimpulkan sendiri kan? Dalam Islam, kebersihan adalah sebagian dari iman. Jadi ketika kita bisa menerapkan kebersihan, baik itu kebersihan lingkungan maupun kebersihan pribadi, insyaAllah akan ada manfaat yang luar biasa. Yakinkan diri kalian, bahwa keimanan kita pada Sang Khalik pasti akan membawa kebaikan.”

“Keindahan yang sesungguhnya bukan terletak pada seberapa panjang dan lancip kuku kita. Tapi keindahan adalah sesuatu yang muncul dari kebersihan. Jadi, jagalah selalu kebersihan kuku dan juga seluruh tubuh ini dengan sebaik-baiknya. Karena bersih itu indah. Karena kebersihan itu sebagian dari iman.”
Wallahu ‘alam bi showab.


27 November 2008 (21:16)

Thursday, November 27, 2008

Surat Cinta di Penghujung SPUTNIK 2007


Beberapa waktu yang lalu aku membuka-buka kembali setumpuk atribut SPUTNIK, Ospek Fakultas Teknik 2007 saat aku diterima menjadi MABA di tahun itu. Kemudian mataku menangkap secarik kertas kecil berbingkai pink-ungu-biru yang membawa anganku kembali ke masa-masa indah SPUTNIK dahulu. Yah, itulah surat cinta yang diberikan oleh kakak-kakak pemandu rangerku, Ariane, di penghujung penutupan SPUTNIK 2007.

----



Teruntuk adek2ku cendekiawan muda, calon2 engineer,

Pembaharu bangsa, penyalur aspirasi rakyat, calon2 pemimpin bangsa.

In memorian………….

Ranger Ariane (memang tiada duanya!!!)

Kita pernah sana sama belajar.

Kita pernah sama sama sedih. Kita juga pernah sama sama ceria. Kita pernah sama sama berjuang melawan ego kita masing masing. Tapi kita juga pernah saling berbagi.

Ada egois, ada pesimis ada juga optimis.

Semua itu hanya kepingan kecil dari apa yang terjadi dalam hidup ini. Perjuangan masih panjang teman….


Teman, layang layang dimainkan dengan tegak, bukan dengan menunduk

Layang layang diterbangkan bukan dengan wajah ke bawah

tapi dengan menatapnya ke angkasa

Teman, jangan pernah berhenti mengepakkan sayapmu

biarkan cobaan dan ujian membuatmu kuat

biarkan dahsyatnya badai membuatmu tangguh

biarkan jiwa jiwa sabar membuatmu semakin gesit

Masih ada berjuta daun harapan yang menanti kita pungut

Masih banyak daun daun impian berserakkan yang menunggu kita rajut

Percayalah, akan selalu ada “petunjuk” dalam setiap langkah kita

menapaki hidup ini

Cari, gali dan temukan petunjuk itu, sebab saat kita percaya

maka “petunjuk” itu akan datang tanpa disangka sangka


With love Pemandu Ariane

----


_Suatu hari saat kumerindu masa itu...

Rumah yang Sering Didatangi Malaikat

“Tadi Anda menjelaskan tentang kaitannya ilmu dengan agama, yaitu bagaimana kita sebagai seorang calon insinyur (baca: arsitek) bisa mengaplikasikan ilmu yang kita pelajari berlandaskan agama. Nah yang ingin saya tanyakan, ehm...sebetulnya agak menyimpang sih, saya hanya ingin menanyakan bagaimana sih sebenarnya rumah yang Islami? Ehm.. rumah yang sering didatangi malaikat? ” tanya seorang temanku. “Nah, kaitannya kita sebagai seorang arsitek yang nantinya bakal mendesain rumah... Hm, ciri-ciri rumah yang sering didatangi malaikat itu rumah yang seperti apa ya? Terima kasih,” lanjutnya menanggapi paper ‘Kaitan Aqidah dan Akhlak dengan Ilmu’ yang aku paparkan beberapa menit yang lalu.


“Sebelumnya terima kasih atas pertanyaannya,” jawabku tersenyum. “Kalau menurut saya, rumah yang Islami adalah bukan tergantung seperti apa bentuk ataupun desainnya. Bukan pula tergantung pada besar tidaknya rumah tersebut, atau seberapa mahal bahan bangunannya. Tapi, rumah yang Islami, rumah yang sering datangi malaikat adalah rumah yang penghuninya adalah orang-orang yang sholeh. Mereka yang rajin mendirikan shalat, melantunkan ayat-ayat suci Al Qur’an, mereka yang saling berkasih sayang antar penghuninya. Mau semahal apapun sebuah rumah, mau kayak istana yang terbuat dari emas permata, kalau keluarga yang menghuninya tidak harmonis, tidak pernah shalat, mengaji... tidak akan ada gunanya. Walau terbuat dari gedhek beratapkan ijuk sekalipun, jika penghuninya adalah ahlul ibadah, itu jauh lebih baik.”


“Jadi sekali lagi, rumah yang sering didatangi malaikat bukan berdasarkan seperti apa desainnya. Rumah yang sering didatangi malaikat adalah rumah yang penghuninya senantiasa beribadah dan memujaNya. Demikian penjelasan dari saya. Apa ada sanggahan?” lanjutku.


“Tidak, terima kasih,” jawab sang penanya.


Diskusi pun dilanjutkan dengan tema dan pertanyaan yang berbeda-beda. Kemudian di akhir diskusi, sang dosen menanggapi.

“Rumah dibangun untuk mendukung keharmonisan antar anggota keluarga dan juga keharmonisan dengan Sang Maha Pencipta. Itulah rumah yang sering didatangi malaikat, rumah yang insya Allah dilimpahi keberkahan oleh Allah SWT,” jelas beliau.


Sebetulnya, bangunan yang paling susah dan rumit bukanlah Rumah Sakit, Mall, ataupun kantor. Tapi bangunan yang paling susah adalah rumah tinggal. Mengapa? Itu karena rumah tinggal bukan hanya berfungsi sebagai tempat untuk berteduh para penghuninya, tapi lebih dari itu. Rumah tinggal, dalam konteks Islam, merupakan tempat berkumpulnya keluarga, tempat berkasih-kasihan di antara mereka. Sebagai tempat menjalin kedekatan di antara mereka, membangun keluarga yang sakinah ma waddah wa rahmah (keluarga yang penuh kedamaian, kebahagiaan, dan kerahmatan). Saat ini banyak orang yang menganggap rumah sekadar sebagai tempat istirahat. Pagi-pagi sekali sudah berangkat ke kantor atau kampus. Baru pulang kembali ke rumah dalam keadaan lelah pada malam hari. Saking lelahnya, kadang tidak sempat bertegur sapa atau bahkan bertemu dengan anggota keluarganya yang lain. Sepenting apakah kuliah, rapat, mencari nafkah atau bahkan pengajian sekalipun hingga mengorbankan kedekatan dengan keluarga? Sungguh miris.


Selain itu, rumah yang digunakan untuk kebaikan akan selalu memancarkan cahaya. Rumah yang sering dipakai untuk pengajian misalnya, insya Allah akan mengundang malaikat untuk menemani para penghuninya. Malaikat akan dengan suka rela mendoakan para penghuninya.

Dan semoga kita juga begitu. Amin.


Jum’at, 21 November 2008

- usai kuliah agama-

Road to Desain Puskesmas I

Sret.. srett… (nyoret..)

Nyut.. nyutt… (nyetip..)

Srett,,, srett….. (nyoret…)

Nyutt… nyuttt.. (nyetip…)

“Ah desainnya kok nggak jadi-jadi sih..” keluhku. Sudah sejak berminggu-minggu yang lalu, kurang lebih sebulan lah, desain Puskesmas Tegalrejo untuk tugas Studio-3, belum jadi juga.

“Huh, pusing…”

“Gak ada ide nih”

“Stress…”

“Capek..”

“Ngantukk… nggak kuat..”

Itulah sedikit banyak keluhan yang keluar dari mulutku di sela-sela menggarap studio. Tapi bener deh. Udah berminggu-minggu desain fix-nya belum jadi juga. Bentukan massanya aneh banget, jadi mau nggak mau harus diubah lagi, maklum, belum di-acc sama dosennya. Dan parahnya lagi, zoning dan denah penempatan ruangnya kacau berat! Nggak banget deh!! Cuma kayak asal templok aja. Emangnya puzzle, Dwin??

Duh, beneran nih! Kenapa belum juga ada ide yang keluar ya ?? Ku harus nunggu sampai kapan?? (Dan sampai kapan kamu akan berdiam diri terus, Dwin??) Huhuhhuuu… somebody give me inspiration, please…

“Gimana mbak?” tanya dosenku.

“Hm, bingung Pak.. “ jawabku menghela napas.

“Wah lha piye? Besok Selasa udah harus jadi lho. Nanti asistensi satu persatu sama saya”.

“Iya Pak…. (Oh my God..T.T)”

Piye ki.. Ya Allah bantulah daku…

(to be continued..)

Kamis, 20 November 2008

Usai studio-3,,,

Thursday, November 20, 2008

Tips Biar Nggak Ngantuk

Sering merasa lelah pas kuliah? Atau bahkan ngantuk hingga tertidur saat dosen menerangkan kuliahnya? Pasti itu merupakan hal yang tak asing lagi bagi kebanyakan dari kita. Hm, ada apa ya? Nah, kebetulan nih aku habis bedah buku “SUPER HEALTH Gaya Hidup Sehat Rasulullah” karya Egha Zainur Ramadhani. Entah di halaman berapa, ada tips buat kita-kita yang sering merasa ngantuk saat kuliah atau beraktivitas lainnya di siang hari. Mau tau? Nih aku kasih sedikit ilustrasi. Simak deh!


1. Segeralah bangun begitu mata sudah terbuka. Jangan turuti keinginan untuk tidur kembali, meskipun masih merasa ngantuk. Buka matamu, angkat kepala dan tubuhmu dari atas tempat tidur.
2. Begitu bangun, segeralah mengambil air wudhu untuk menyegarkan wajahmu. Lebih baik lagi kalau dilanjutkan dengan mandi pagi, biar lebih segar! Selain itu, mandi pagi baik untuk kesehatanmu.
3. Di pagi hari, kalau kamu ngantuk, jangan tidur lagi deh! Tapi cobalah untuk rehat dengan duduk atau berdiri, sambil menghirup napas dalam-dalam beberapa kali. Kemudian lanjutkan dengan tilawah Al Qur’an. Oiya, sebagai catatan, saat rehat jangan sambil bersandar ya, karena itu justru akan membuatmu merasa ngantuk.
4. Kondisikan lingkungan di sekelilingmu menjadi terang.
5. Ciumlah wewangian untuk membuatmu merasa lebih segar, dan cobalah mendengarkan suara-suara, misalnya sambil mendengarkan murottal.
6. Jangan minum kopi atau minuman sejenisnya, karena minuman seperti itu tidak melatih dan juga bisa menimbulkan ketergantungan.

Nah begitulah sedikit banyak tips yang aku baca dari buku itu. Bisa dicoba tuh! Siapa tahu berhasil! Hehe.. selamat mencoba yaa... ^;^

Rabu, 19 Nov 2008 (19:30)

Mata Yang Begitu Berharga

Akhir-akhir ini aku mulai merasa mataku (lagi-lagi) kumat. Minusnya nambah. Trus kemarin abis minum kopi, mataku mulai ‘cekot-cekot’. Pulang kuliah kemarin juga gitu. Kebetulan waktu itu pulang siang, pas lagi panas-panasnya tuh, pokoknya matahari lagi terik-teriknya. Silau banget. Ternyata mataku nggak kuat. Rasanya perih banget seperti ditusuk-tusuk, jadi merem melek gitu. Tapi alhamdulillah aku selamat juga sampai rumah. Belum lagi beberapa waktu yang lalu juga tuh, beberapa kali pas hujan deres banget, mataku kemasukan air. Gak tahan! Kedip-kedip mulu. Jadi pingin merem terus. Ya udah tawakal aja, mudah-mudahan aja nggak nabrak, gitu pikirku. Pernah juga tuh pas hujan deres, pas malem-malem lagi. Udah merem melek, trus mataku kalo malem emang rada ra cetho ngono. Ha...lha piye donk?? Bismillah aja deh. Hehe...

Wah, aku baru inget. Udah bertahun-tahun aku nggak kontrol mata. Padahal mataku kan rada sensitif gitu. Perlu penanganan ekstra, hehe... Trus kapan ya aku kontrol mata? Dari dulu selalu aja ada alasan menunda-nunda kontrol, ampe bertahun-tahun coba??? Duh Dwin, mata adalah amanah Allah. Bersyukur punya mata, meskipun rada bermasalah gitu, tapi kan masih normal. Kalo matamu nggak dirawat gimana jadinya Dwin? Ingat, betapa berharganya mata yang kamu punya. Udah berapa banyak manfaat yang kamu dapat, udah berapa banyak kemudahan, dan udah berapa banyak kebaikan yang kamu dapat dengan matamu itu? Mungkin sekarang kamu bisa mengganggap itu sepele. Tapi...?? Sungguh, kesehatan jasmani dan kesempurnaan kerja alat-alat tubuh kita adalah nikmatNya yang amat luar biasa. Tak akan ada yang bisa mengganti ‘onderdil’nya barang satupun. Karena semua onderdilnya yang paling sempurna adalah dari pabriknya yaitu dari Allah.
Ya udah buruan Dwin, ke dokter. Kontrol mata. Mahal? Emang mahal, tapi mau gimana lagi? Daripada sakit? Kan lebih mahal lagi. Ayo, tunggu apalagi. Kalo diundur-undur ntar gak sempet lagi. Ayo...

_19 Nov 2008 (19:04)_
Saat ku belum juga ke dokter mata

Wednesday, November 19, 2008

teringat temanku

Aku tak tahu apa yang sedang kupikirkan hingga tiba-tiba kuteringat salah seorang temanku. Salah seorang teman yang pernah cukup dekat denganku. Tapi kini entah bagaimana kabarnya. Aku tidak tahu. Bukannya tidak bisa menanyakan kabarnya. Tapi entah mengapa hati ini merasa berat untuk sekadar mengetik SMS, mengirim comment atau apalah.

Aku tak tahu Tuhan. Aku tak tahu ada apa dengan diriku. Apakah aku takut? Takut pada siapa? Takut pada dia? Tapi kenapa? Apakah karena kami berbeda? BODOH!! Apa yang kamu pikirkan Na?? Tapi sungguh, Rabbi...

Aku sedih. Tak tahu sedih kenapa. Sedih dengan keadaan ini? Mungkin. Setiap kali kuteringat padanya, aku ingin sekali menangis. Menangis menumpahkan kepenatan hati.

Ah, apa sih yang sebenarnya kuinginkan? Inginkah aku, dia kembali seperti dulu? Tidak. Itu sungguh egois. Aku tidak boleh begitu. Aku, hanya bisa mendoakan yang terbaik untuknya. Apapun itu. Meski kami tak bisa lagi seperti dulu.

Maafkan aku Rabbi. Maafkan aku teman. Sungguh aku terlalu egois menjadi temanmu. Semoga kau selalu dilindungi dan dirahmati oleh Allah. Dan semoga suatu saat nanti, jika Allah mengizinkan, kita bisa berjumpa kembali dalam keadaan yang lebih baik. Amin


__19 Nov 2008 (10:09)__
Aku yang selalu mengharapkan bimbinganNYA

Wednesday, October 22, 2008

‘Nggambar Terus Sampe Pegel’

Menggambar sampai pegal? Hal yang tidak asing lagi bagiku. Hal yang sering kualami sebagai seorang mahasiswi arsitektur.

Menggambar..menggambar..dan menggambar.. Menghabiskan hari-hariku dengan tugas gambar yang seabrek, sudah kulaloni sejak semester pertamaku di Teknik Arsitektur. Sebut saja mata kuliah TKAD (Teknik Komunikasi Arsitektur Dasar), di mana para MABA disuguhi hidangan lezat tugas menggambar khas Arsitektur. Seminggu dua kali petemuan, dengan tugas bejibun di tiap pertemuannya. Satu, dua, tiga, atau bahkan lebih, tugas yang diberikan tiap pekannya, dengan range waktu pengerjaan tugas yang cukup ‘singkat’. Belum lagi tugas mengulang gambar yang nilainya kurang memuskan. Alhasil, lembur menggambar di rumah ataupun di kos teman, menjadi hal yang biasa.

Semester I berakhir dan selamat tinggal TKAD! Namun ternyata, tugas seabrek tidak berakhir begitu saja. Ada mata kuliah Studio Desain Arsitektur (SDA) yang ternyata juga ‘sejenis’ dengan TKAD. Bedanya, tugas yang diberikan pada mata kuliah yang hadir di setiap semester ini, bisa dibilang tidak seintensif TKAD (??)--ya memang karena TKAD sengaja diberikan secara intensif untuk membentuk skill para mahasiswa baru. Penugasan dalam SDA ini bisa bermacam-macam. Ada tugas kecil,ada juga tugas besar. Baik tugas kecil maupun tugas besar, mau tak mau cukup menguras tenaga. Terlebih lagi tugas besar yang tak hanya menuntut gambar presentasi desain namun juga maket ini membuatku lembur semalaman.

-----

Ah, menggambar dan menggambar. Mau bagaimana lagi? Namanya juga mahasiswi arsitektur. Memang begitulah tugasnya.

Namun sayang, banyaknya tugas yang menuntut untuk segera diselesaikan belum membuatku jera. Kebiasaan burukku menunda-nunda pekerjaan masih terbawa hingga sekarang. Bukannya aku tidak ada keinginan untuk mencicil sedikit demi sedikit gambar-gambar tersebut, namun rasa malas begitu menguasai. Akibatnya, jadilah system kebut semalam (SKS).

System kebut semalam, kebiasaan buruk yang sudah mendarah daging sejak aku masih duduk di bangku sekolah. Dalam beberapa malam terakhir menjelang deadline, atau bahkan H-1, menyelesaikan gambar (terkadang tanpa tidur) hingga seluruh badan pegal-pegal, bahkan tanganku serasa mau putus.

Seberat dan sebanyak apapun tugasnya, aku dengan bodohnya tetap memilih system tersebut untuk menyelesaikan sebagian besar tugas kuliah. Padahal system kebut semalam sangat tidak nyaman, bahkan sangat tidak baik untuk kesehatan. Melembur, begadang semalaman, memforsir tubuh untuk terus bekerja. Di lain sisi, tubuh ini perlu istirahat setelah lelah bekerja seharian. Aku pun menyadari buruknya dampak system ‘SKS’. Mataku yang sudah rusak menjadi semakin rusak karena dipaksa untuk terus berkontraksi. Leher dan punggungku menjadi kaku akibat duduk menunduk terlalu lama, tegang. Kedua tanganku pun terasa sangat pegal, serasa mau putus. Dan kepala ini pun terkadang merasa pusing, butuh istirahat. Ah, begitulah kenyataannya. Tapi mengapa aku belum jera juga?

Aku jadi teringat sesuatu. Allah akan terus memberikan ujian yang sama atau sejenis kepada hambaNya, ketika hambaNyaitu dianggap belum lulus ujian tersebut. Mungkin benar juga, ujian yang seperti ‘ini’ rasanya terus kualami dari dulu hingga sekarang. Dan aku pun menyadari bahwa aku belumlah lulus dari ujianNya yang ’ini’. Yah benar, ini adalah ujian bagiku. Aku harus segera lulus dari ujian yang ‘ini’, untuk melangkah ke ujian-ujian lain yang telah menanti di depan sana. Semangat!!!


25 September 2008
-usai menyelesaikan tugas SDA 3-

Hepi Bezdey??

Ulang tahun, memang bukan sesuatu yang istimewa. Toh, ulang tahun hanyalah tanda berkurangnya umur seseorang. Namun di balik itu, rupanya ulang tahun juga merupakan pengingat akan hidup yang semakin singkat. Ulang tahun mampu membuat kita semakin khusyuk menaati perintahNya dan waspada untuk tidak melanggar laranganNya. Begitulah makna ulang tahun bagi orang-orang yang berakal.

Nah, sekedar iseng aja nih.. kebetulan aku menyimpan beberapa do’a dari saudara-saudaraku saat aku berulang tahun. Jadi aku iseng aja ingin mencantumkannya di blogku ini. Boleh deh dibaca! Hehe.. Selamat menikmati^;^

Nih do’a yang dikirimkan teman-temanku lewat SMS…

2007 (cuplikan saja…)
6 mei 06:06
Masa berganti tanpa terasa
Tak urung sadar diri telah tertinggal
Jenak-jenak usia yang kian menua
Moga diri semakin bersyukur pada Rabbnya

6 mei 06:55
Tataplah ke depan untuk perkuat langkahmu
Tataplah ke belakang untuk benarkan jalanmu

6 mei 12:04
Sungguh nikmat Allah tidak pernah terhenti
Tiap desah napas yang kita hirup,
Tiap darah yang mengalir,
Tiap detak jantung…

6 mei 19:20
Dalam diam kuuntai doa, tersirat sebuah makna dan harapan…


2008
5 mei 20:48
Saudaraku seiman seagama.. tinggal menghitung perputaran jarum jam, usia kita kan bertambah. Namun jatah hidup kita kan terus berkurang. Mari kita sama2 introspeksi diri.

5 mei 20:55
Apakah umur kita selama ini banyak dihabiskan untuk kebaikan atau keburukan? Semoga usia yang kita lalui nggak sia-sia dan semogake depannya kita bisa memanfaatkan untuk hal-hal yang berguna sebagai wujud syukur kita padaNya

6 mei 00:10
Bertambahnya satu usiamu, semoga penuh warna
Semakin indah hatimu, berikan cinta untuk semua
Kau telah tercipta sebagai insane istimewa, tumbuh dalam jiwa terus bahagia raih cita
Syukur pada Yang Kuasa, atas beragam anugerah
Kusetakan do’a panjang umur kasih berlimpah
Ikuti hidup yang mngalir dan reguklah hingga akhir
_Tambah Usia-Kla_
Met milad ya..
Semoga umur yg tlah berlalu mnjadi tabungan amal, dan umur yg tsisa mnjadi masa yg penuh barakah&manfaat :)

6 mei 00:12
Heningnya malam yang maikn larut, membawa semilirnya angina yang makin dingin menusuk tulang, setelah tadi angin malam memabwakan hujan,ini jadi saksi bisu atas satu tahun sudah bertambahnya umur Dwinna. Hidup adalah amanah. Semoga dengan makin bertambahnya usia, Dwinna makin dekat dengan Sang Khalik, shalihah, cantik&sukses, bahagia serta sehat selalu. Senyum kan shodaqoh, senyumlah.

6 mei 01:03
Aslm met ultah ya Dwin, smoga sgalanya jd lebih baik n kip istiqomah Dwin..

6 mei 04:04
Asslm wr wb
“..HAPPY B’DAY TO U DWINNA..”
There’s nothing to say, just a little wishes… Hope u always:
- be a good moslemah
- be the best
- be yourself
n keep smile….

6 mei 05:05
Assalamu’alaykum ukhti…
Barakallah ya! Semoga dengan berkurangnya usiamu, kamu jadi + dewasa + ingat pada Allah + ilmu & jadi calon ibu yang baik

6 mei 05:19
Aslm woi penonton..!(hoi..!) ukhti kita yang terkenal itu udah tua lho, he3.. eh maap ye, tapi biar tua yang epnting tetap cantik bukan? (bukan..!) :-P hehe met milad ya Dwin!

6 mei 05:49
Malam telah berlalu.. sang surya pun mulai memecah cakrawala.. seiring tetesan embun.. dan hembusan angin.. terpancarlah sebuah kata.. dari lidah penuh dosa.. met ultah ya dwinna.. waktumu tinggal sebentar lagi.. Untuk bertemu denganNya.. dan merasakan indahnya surga..

6 mei 05:53
Assalamu’alaykum..Dwindwina,met milad ya, omedetou gozaimasu..Moga slalu dberikan yg tbaik oleh Allah..semakin lbh baik dari hari k hari.amin..maksi ya kemarin dan nemenin aku main n nraktir maem.hehe syukron..jzk..smangat!

6 mei 07:43
Epi
B’day!!
Mamam yuX!
EheHee…

6 mei 07:43
Hepi bday to u..moga jadi muslimah yg tangguh, smangat, n bisa semangatin org yang patah semangat.. ayo ditunggu makan2nya!hwehe

6 mei 08:50
INNALILLAHI WA INNAILLAIHI RAJI’UN
Telah berpulang ke rahmatullah, 1 tahun umur dr Meidwinna M. Semoga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan segala yang lebih baik dalam hidupnya. Amin..

6 mei 10:41
Today is Tuesday
The meaningful day for someone who receive this message
Happy b’day
Wish u happy
(Semoga lw bs mmpertanggunjawabkan umur lw kepada yang Maha Memiliki Segalanya)
And be a better person
Happy birthday

6 mei 11:56
Dwinna ,,hepi milad ^^ better than before yapp,,

6 mei 12:33
Asw. Dwinna md milad yang ke 19.. moga dg btambahnya umur, dwinna makin dewasa, makin bbakti ma ortu, dan smoga hajat dwinna dkabulkan ma Allah.. smangka eh smangat!!

6 mei 14:47
Asslm slmat milad y MbDwinQ tsayang,, Moga Allah makin sayang ma Mb! Mg Mb jg makin sayang ma Allah. Mg Mb jd tambah dewasa, &mampu mndewasakan jg.. Sukses trus yh! Asslm

6 mei 15:35
Asslm Dwin turut bduka cita y atas bkurangnya usia hidup ant..he. Smoga umur yg tsisa bs djadikan momen utk trus brubah mjd muslimah yg luar biasa. Amin.. Asslm

6 mei 17:19
If the time has come, we can’t go anywhere, no effort is enough to stop His taking our soul. And now, the time for u to be called is getting closer. Your time to live is reduced by 1 year. Get more mature! Think of death! ‘n Happy birthday

6 mei 19:07
Tlah btambah 1 tahun usiamu..smakin bijak dan dewasalah dirimu..segenap kluarga besar OASE mngucapkan “Selamat ulang tahun..smoga tahun ini lebih baik dari tahun sblumnya..amin”

6 mei 20:25
Sungguh ‘ini’ yg slalu mngingatkanmu
‘ini’ yang selalu bersamamu
Dan ‘ini’ mungkin sebagai tolak ukur kematangan diri
Apakah arti ‘ini’? ‘ini’ adalah… waktu dan usia..
Met milad! Yg ke-20. Ops! Makan2nya kapan?

6 mei 20:28
Asslm ga byk kata, g byk Tanya, sy cuma bs mndoakan smoga btambahnya umur (18, 19, 20 ??) yg km “komsumsi” slalu diiringi bertambahnya kontribusi&kdewasaan kmu, amin..

6 mei 21:22
Asslm met milad yakz. Moga +sukses, slalu dlindungi Allah, n yang dcita2kan dapat tcapai. Amin (mav td ga rapat dkarenakan ga enak bdan, skalian mnghindar keramaian BEM) haha

6 mei 23:55
Asslm Dwinna, hepi 19th bdey yapz. Mav tlambat,, Smuga dwinna jd muslimah yg shalihah, djaga slalu oleh Allah dan dberi kmudahan dlm sgala hal. Amin. Be better than before ya Dwinna.. amin..

7 mei 16:28
Asw. Dept. KASTRAT BEM KMFT sampaikan slamat MILAD, smoga dg btambahnya umur, smakin dewasa dalam mnyikapi hidup, smakin smangat beribadah demi mnggapai syurgaNya kelak! SMANGA..T

8 mei
Apalah artinya mrayakan berkurangnya umur kita? Jika lebih baik bsyukur atas waktuNya untuk kita bertaubat? Smoga waktu yang tersisa kian bermanfaat..

----

Begitulah…
Nah, sebagai penutup aku mau mencantumkan do’a dari rekan-rekan seperjuanganku di PH SKI AL KHAWARIZMI 2005-2006 waktu ultahku yang ke-17. Ini nih….^;^

*Turut berduka cita… atas berkurangnya umur saudariku.. semoga di hari yang hanya berlangsung satu tahun sekali ini, dapt menjadi batu tolakan untuk menjadi sahabat, saudara, dan hamba yang lebih baik.

*Dunia mengisyaratkan fana’
Mati melukiskan keabadian
Waktu berlari
Tak kan terjamah lagi
Selamat Ulang Tahun

*Hepy b’day,,, wis + tuwo,,, btw, wis gek nggolek KTP!
G’ mo ngomong apa2 coz Q g’ pinter ngrangkai kata2,,,
Yg pzt hope u,,, yg baex2 dech!

*Lika-liku waktu
Sungguh rumit dan tak tentu
Tapi kita harus berjuang
Melawan segala aral yang menghadang
Sehingga kita mampu
Meraih cinta Dia Yang Maha Tahu
--Hepi Bezdey! Hope you all the best! Ayo… do the best and be the best

*Happy belzdei! Q harap di tahun ini semua harapan2 yg selama ini km inginkan dpt tercapai…

---

“Ya Allah, berikanlah kbaikan kepada saudara-saudaraku yang telah mendoakan kebaikan untukku.. kasihi dan ridhoilah mereka, dan masukkanlah mereka ke dalam golongan orang-orang yang akan memasuki surgaMu.. amin”

Monday, October 13, 2008

Akhlak Sesama Muslim

“Barangsiapa berada dalam kebutuhan saudaranya, maka Allah berada dalam kebutuhannya, dan barangsiapa menghilangkan satu kesusahan dari orang Muslim dari berbagai kesusahan dunia, maka Allah menghilangkan darinya satu kesusahan dari berbagai kesusahan pada hari kiamat.”

”Kalian tidak masuk surga sehingga kalian beriman, dan kalian tidak beriman sehingga kalian saling mencintai. Maukah kuberitahukan sesuatu kepada kalian, jika mengerjakannya kalian saling mencintai? Sebarkanlah salam.” (HR. Muslim)

“Jika salah seorang di antara kalian bersin, hendaklah mengucapkan, ‘Alhamdulillah’, dean hendaklah saudara atau sahabatnya menjawab, ‘Yarhamukallah’ , dan hendaklah dia (yang bersin) mengucapkan ‘Yarhamukallah wa yuslihu balakum’.”

“Barangsiapa menjenguk orang sakit atau mengunjungi saudaranya karena Allah, maka ada penyeru yang menyerunya, ‘Semoga engkau bagus dan bagus pula perjalananmu, serta engkau mendiami suatu tempat tinggal di surga’.”

“Hak orang Muslim atas orang Muslim lainya ada 5 macam : menjawab salam, mengunjungi yang sakit, mengiring jenazah, memenui undangan, dan menjawab orang bersin,” (HR. Asy Syaikhani)

“Setiap Muslim atas Muslim lainnya haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya.”

“Jauhilah persangkaan, karena persangkaan itu perkataan yang paling dusta.”

“Janganlah kalian saling mengawasi, janganlah saling mencari keterangan, janganlah saling memutuskan hubungan, janganlah saling membelakangi, dan jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (Mustafaq Alaihi)

“Barangsiapa menutupi aib saudaranya, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat.” (HR. Ibnu Majah)

“Saling berilah hadiah, niscaya kalian saling mencintai.” (HR. Baihaqqi)

“Jika salah seorang di antara kalian mencintai saudaranya, maka hendaklah dia menberitahukannya.” (HR. Abu Daud dan Timidzi)

“Tidaklah Allah memberi tambahan kepada seorang hamba yang suka memberi maaf melainkan kemuliaan.” (HR Muslim)

“Doa seseorang bagi saudaranya dari tempat yang jauh adalah terkabulkan.”

Hadist-hadist di atas adalah sabda Rasulullah saw.

(Sumber: Ensiklopedi Wanita Muslimah)

Kaitan Makanan dengan Doa

Seperti biasa, setiap Rasulullah menerima wahyu yang disampaikan Jibril, Nabi langsung membacakan ayat tersebut di hadapan para sahabatnya. Hal yang sama juga dilakukannya sewaktu beliau menerima wahyu ayat ke-168 dalam Surat Al Baqarah (2) Juz 2

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.”

Mendengar ayat tersebut, seorang sahabat Sa’ad bin Abi Waqqash berdiri sambil memohon, “Wahai Rasulullah! Tolong doakan kepada Allah agar saya dan keluarga sepanjang hidup selalu memakan makanan yang halal dan baik.”

Dengan tegas Rasulullah bersabda, “Wahai Sa’ad! Perbaikilah makananmu niscaya doamu akan dikabulkan Allah. Demi Tuhan yang jiwa Muhammad ada di tanganNya, seseorang yang memakan makanan yang haram ke dalam perutnya, doanya tidak akan diterima selama 40 hari. Barangsiapa yang dagingnya tumbuh dari haram dan riba, maka neraka lebih baik baginya.”

Seluruh sahabat yang hadir terdiam, sembari menekurkan kepalanya dan menginat setiap makanan yang masuk ke dalam perut mereka. Kemudian Rasulullah membaca kembali ayat tersebut.

(Dikutip dari Komik Tafsir Al Qur’an Anak Shaleh)

Pro Kontra Musik

Bagaimana hukum musik dalam Islam? Benarkah ada musik yang Islami? Jujur, untuk menjawab hal itu aku masih bingung dan bimbang. Aku belum bisa menjawab pertanyaan itu bahkan untuk diriku sendiri. Namun seiring dengan pro kontra musik dalam Islam, aku terus berusaha untuk mencari tahu, baik itu dengan membaca-baca buku sumber seperti buku fiqih, membaca artikel, hingga bertanya kepada mereka yang lebih tahu.

Musik memang menyenangkan, meskipun sebenarnya aku tidak begitu suka musik. Entah karena kebetulan atau memang Allah menakdirkan aku begitu. Namun hal itu membuatku bersyukur karena setidaknya aku bisa ‘sedikit’ menghindarkan diri dari sesuatu yang status hukumnya masih meragukan.

Aku memang kurang suka musik. Namun bukan berarti aku sama sekali tidak pernah menyentuh dunia musik. Sesekali aku pun turut mendengarkan alunan musik yang menyenangkan. Namun entah mengapa, dari hari ke hari aku semakin merasa musik bukan hidupku. Musik bukan hidup seorang Muslim. Aku harus meninggalkan musik. Begitu pikirku. Ya, dan pikiran-pikiran seperti itu dari hari ke hari semakin kuat.

Ah, musik. Apa salah jika aku meninggalkan musik? Tidak kan? Toh bukankah meninggalkan sesuatu yang meragukan itu lebih baik? Dengan tekad yang kuat, aku mulai mengurangi interaksi dengan musik. Ketika aku sedang bosan dan ingin mendengarkan musik, aku beralih untuk menggantinya dengan ayat-ayat cinta bacaan suci Al-Qur’an, murottal. Jika dibandingkan, musik bukannya membuat hati ini tenteram dan mensucikan, justru membuat hati ini keras dan resah. Sebaliknya, bacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an akan membawa kita pada ketenteraman hati, kesucian pikiran, kelembutan perasaan, serta kecintaan pada Sang Pemberi Cinta.


13 Oktober 2008 (18:25)
-sambil mendengarkan MP3 Murottal-

Wednesday, September 17, 2008

Apa Kabar Sepakbola??

Ah, aku ingin bercerita... aku ingin menceritakan mengapa aku tiba-tiba saja menulis (kembali) tentang sepakbola. Semalam ketika aku dan keluarga duduk di ruang makan untuk menunaikan ibadah sahur Ramadhan, adikku menyalakan televisi di ruang keluarga. Menonton pertandingan sepakbola. Entah siapa lawan siapa aku lupa, pertandingan Liga Champion.

---

Sepakbola. Sepakbola adalah olah raga yang paling berkesan untukku. Olahraga -para lelaki- yang aku lakoni sejak kecil. Namun sudah sejak lama aku meninggalkan atau tidak menyentuhnya. Bukan karena 'kesadaran' aku meninggalkannya, toh masih ada kebimbangan dalam hati ini. Sudah lama aku tidak mempunyau cukup waktu untuk menyalurkan minatku itu. Baik bermain maupun menonton pertandingannya.

Bermain sepakbola?? Hei?? Kapan mau bermain..?? Di mana? Sudah tidak memungkinkan lagi (untuk saat ini). Kalaupun bermain di rumah, akhir-akhir ini aku pulang terlalu sore hingga tak ada waktu lagi. Lagipula, fisikku terlalu capek melakukannya.

Menonton sepakbola? Kapan? Aku terlalu capek dan malas untuk bangun malam seperti dulu, menyempatkan waktu sekitar 2jam menonton pertandingan di televisi.

Sepakbola oh sepakbola... bagaimana kabarmu? Aku yang dulu sangat suka sepakbola, aku yang dulu selalu mengikuti perkembangan dan informasinya, aku yang dulu hafal nama-nama pemain bintang beserta klubnya... kini bahkan sudah tak pernah lagi menyentuh beritanya baik dari media cetak maupun media elektronik.

---

Yah, kejadian semalam mengingatkanku kembali tentang sepakbola. Rasanya kangen juga... Tapi aku tak bisa bayangkan bagaimana aku setelah ini. Akankah aku kembali dengan sepakbolaku, atau aku akan benar-benar meninggalkan?? Entahlah....


Rabu, 17 September 2008 (14:05)
-setelah pertandingan liga Champion semalam-

Thursday, September 11, 2008

Rindu Menulis

Rasanya udah lama banget aku nggak nulis....

Aku rinduu....aku ingin menulis lagi.....menulis apa yang kurasakan, menulis apa yang kupikirkan, menuliskan kebenaran,.....

Namun waktuku kini terlalu banyak tersita. Tersita oleh tugas-tugas kuliah maupun tugas-tugas lainnya. Atau bahkan mungkin tersita oleh hal-hal yang sia-sia, na'udzubillah....

Aku ingin memulis... aku rindu menulis....

Thursday, August 14, 2008

Aku dan SPUTNIK

Tidak terasa, ternyata OSPEK 2007 (baca: SPUTNIK) sudah berlalu satu tahun lamanya. Masa-masa penuh kenangan, saat aku masih menjadi seorang MABA (baca: mahasiswa baru), terlintas kembali dalam benakku.

Briefing MABA, Pertengahan Bulan Agustus 2007

Pagi itu adalah briefing mahasiswa baru. Dengan penuh semangat aku datang ke kampus Teknik pagi itu dengan motor Supra X milik ayahku tersayang. Setelah memarkirkan motor di tempat yang telah disediakan, aku segera bergabung ke tengah-tengah kerumunan MABA mencari-cari orang yang kukenal. Hanya dalam hitungan detik, aku dengan mudah bisa menemukan teman-teman SMAku, Padz Squad dengan jaket almamater kesayangan.

Tak lama kemudian, briefing MABA pun dimulai. Dalam briefing hari itu, panitia mengumumkan bahwa OSPEK tanggal 23-25 Agustus mendatang akan dimulai pada pukul 06.00 pagi dan kami diharuskan untuk tidak datang terlambat. Selain itu, kami juga ditegaskan untuk menaati beberapa ketentuan, seperti dilarang membawa HP, dilarang membawa kendaraan ke sekitar lokasi, dan lain-lain.

Setelah basa-basi dan segala macam, kami diperintahkan untuk segera mencari kelompok masing-masing. Namun untuk mencarinya, tak semudah itu. Kami diharuskan untuk mencarinya sendiri dengan melihat kertas-kertas pembagian kelompok yang sudah ditempel di beberapa tempat. Tak ayal lagi, tanpa pikir panjang, semua MABA bergegas berebut mencari kelompoknya masing-masing. Tanpa peduli sekitar, tidak teratur - asal tubruk, bercampur-baur antara laki-laki dan perempuan menjadi pemandangan saat itu, memprihatinkan.

Akhirnya semua MABA mendapatkan kelompoknya masing-masing. Begitu pula denganku. Aku, Meidwinna Vania Michiani, tergabung dalam ranger nomor 31 “ARIANE” dengan dua orang pemandu. Sebut saja mas Miftah dan mbak Dining.

Hari itu juga, kami saling memperkenalkan diri dengan sesama anggota ranger ARIANE. Mulai dari nama, asal sekolah, tempat tinggal, dan lain-lain. Setelah itu dilanjutkan dengan pembagian kaos serta inti acara briefing hari itu, penugasan!!

Pasca Briefing MABA, Pra OSPEK

Banyaknya tugas yang diberikan saat briefing MABA, mengharuskan kami untuk senantiasa lembur sepanjang hari menjelang Hari-H OSPEK. Membuat topi, tas, name tag, buku tugas, block note, mascot ranger, dan segala macam. Benar-benar pemborosan!! Tapi di luar itu, banyaknya tugas membuat kami, ARIANE, semakin akrab. Oiya, sekedar informasi, untuk mengerjakan tugas kelompok yang menggunung itu, membuat kami harus mempunyai basecamp. Di mana di basecamp itu, kami melembur menyalurkan segenap tenaga untuk menyelesaikan semua tugas. Adapun basecamp kami tercinta berada di daerah Kotabaru, tepatnya di Jalan Jenderal Sudirman nomor 69. Ya, rumah yang cukup tua milik nenek salah seorang anggota ranger kami itulah basecamp kami. Rumah neneknya Dwinna..^;^

Kamis, 23 Agustus 2007; Hari Pertama SPUTNIK

Ba’da shalat shubuh dan berbenah diri, aku bergegas meninggalkan rumah pagi itu diantar oleh ayahku. Bagaimana tidak bergegas? OSPEK dimulai pukul 06.00!! Dan, alhamdulillah aku datang beberapa menit sebelum acara dimulai.

Hari pertama OSPEK, kami disuguhi bermacam-macam acara. Mulai dari pembukaan oleh Dekan Fakultas Teknik, Prof. Dr. Ir. Indarto, DEA, dilanjutkan dengan perkenalan beberapa dosen petinggi fakultas. Tak ketinggalan, acara Talk Show dengan pembicara Pak Wazis Wildhan, Dosen Teknik Mesin. Beliau memberikan pengantar seputar engineer. Kemudian disusul dengan sesi II “KPTU.com” tentang Fasnet dan fasilitas IT di UGM.

Ada juga sesi kepemanduan yang dipegang oleh masing-masing pemandu. Dalam sesi kepemanduan siang itu, kami diberikan materi mengenai cita-cita dan motivasi diri. Bahwa kunci untuk mencapai cita-cita, kita perlu menggali motivasi diri. Selanjutnya kita perlu mengidentifikasi potensi atau kemampuan diri kita dengan analisis SWOT. Di luar potensi masing-masing pribadi yang tentunya berbeda, dalam suatu komunitas seperti OSPEK saat itu, diperlukan adanya pensinergisan potensi tiap anggota. Di mana masing-masing anggota saling bekerja sama satu sama lain demi mencapai sebuah tujuan.

Ba’da asyar, seluruh MABA dikumpulkan kembali di depan Gedung KPTU. Setelah kami semua berbaris rapi. Tiba-tiba muncul segerombolan panitia berslayer merah. Siapa lagi kalau bukan Tatib!! Ya, itulah sesi “Virus Detected”. Di mana Tatib beraksi untuk membasmi “virus-virus” yang tidak mengerjakan tugas. Bentakan-bentakan kasar disertai kata-kata kotor meluncur dengan mudahnya tanpa dosa dari mulut-mulut para pengeksekusi. Hukuman push up, jongkok, dan sebagainya menimpa kami semua, bersalah maupun tidak. Akhirnya, sekitar tiga puluh menit sebelum waktu menunjukkan pukul 17.00 WIB, para Tatib menyudahi eksekusi sore hari itu. Dan mereka pun kembali ke sarangnya.

Pasca eksekusi, suasana menjadi cukup tegang. Kemudian acara segera diambil alih oleh protokoler. Kini saatnya pembacaan tugas untuk keesokan hari. Di antaranya adalah membuat yel ranger yang akan dilombakan. Kemudian membuat peta kampus, membawa balon gas yang warnanya sesuai dengan warna ranger, hingga membawa benang kasur. Belum lagi tugas individu seperti membuat esai tentang RUU BHP dan visi misi 10 tahun ke depan sebagai seorang insinyur, serta membuat karya pribadi yang menunjukkan jurusan masing-masing.

OSPEK hari pertama pun bubar. Semua peserta, diharuskan meninggalkan kampus saat itu juga, tanpa terkecuali.

Penugasan yang cukup banyak membuat para personil ranger ARIANE harus kembali berkumpul di basecamp malam itu. Dan kami berencana berkumpul kembali sekitar waktu Maghrib, setelah istirahat sejenak. Waktu istirahat yang cukup singkat itu, kugunakan untuk segera menyusup ke kantor ayahku. Aku yang tidak membawa uang sama sekali tidak bisa pulang, otomatis aku kembali nebeng ayahku.

Di kantor ayahku, yang masih dalam kompleks kampus Teknik, aku meminta izin pada beliau untuk menggunakan fasilitas internet yang ada di ruangan tersebut. Beliau pun mengizinkan, dan aku mulai browsing untuk mencari bahan tugas esai mengenai RUU BHP, istilah yang begitu asing di telingaku.

Tak lama kemudian, ayah mengantarkanku ke basecamp. Saatnya ARIANE berkutat kembali dengan tugas. Namun malam itu kami tak lagi mengerjakan tugas seberat hari-hari sebelumnya. Malam itu, kami hanya melakukan pembagian tugas. Selanjutnya kami gunakan waktu yang tersisa malam itu untuk latihan yel.

Jum’at, 24 Agustus 2007; Hari Kedua SPUTNIK

Pagi itu, seperti hari pertama, aku berangkat pagi-pagi sekali ke kampus Teknik diantar oleh ayahku tepat waktu. Acara OSPEK pagi itu diadakan di kampus lama Teknik, yaitu di daerah Sekip.

Acara OSPEK pagi itupun dibuka oleh protokoler. Setelah itu kami menyantap sarapan. Sementara aku menanti-nantikan acara selanjutnya dengan berdebar-debar, “Setelah ini apa ya?” penasaran aku bertanya-tanya dalam hati.

Selang beberapa menit kemudian, terjawablah pertanyaanku. Karena tak disangka-sangka, sekarang saatnya Tatib kembali beraksi!! Suasana kembali menjadi gaduh, belum lagi ada seorang MABA yang diseret ke depan karena rambutnya gondrong dan dicat merah. Fyuuh!! Suasana benar-benar menjadi panas.

Tiba-tiba Tatib berteriak, “Yang merasa tugasnya tidak lengkap, pindah ke sisi sebelah utara!!”. Aku kaget dan menyadari bahwa tugasku tidak lengkap. Akhirnya dengan PDnya aku berpindah ke sisi utara bersama dengan banyak sekali MABA yang juga “bersalah” sepertiku. Aku bergabung ke barisan yang merupakan kelompok hukuman ringan.

Di sisi utara, saat para tersangka sudah dikumpulkan, diselingi teriakan-teriakan para eksekutor, Kasubbid Tatib maju ke depan podium dan mulai memberikan hukuman untuk kami. Jongkok, berdiri, kemudian jongkok lagi. Kemudian kami semua diberi hukuman push up.

Entah apa yang merasukiku, tiba-tiba saja aku berteriak bahwa aku menolak menerima hukuman push up. Bukannya aku tidak sanggup, namun sejauh aku membaca buku panduan OSPEK, yang aku lakukan “hanya”lah pelanggaran ringan. Dan sanksi atas pelanggaran ringan bukanlah push up. Begitulah tegasku kepada Tatib yang berdiri di depanku.

Dan tanpa ba-bi-bu lagi, aku segera diusir dari barisan. Semula aku mengira bahwa aku diperbolehkan kembali ke barisan rangerku, namun ternyata aku dipindahkan ke barisan terdakwa yang statusnya lebih berat, alias ke barisan “ekslusif”.

Dalam barisan baru itu, aku kembali dibentak-bentak seperti di kelompok hukuman ringan. Namun bedanya, aku dibentak-bentak secara personal (yah, secara orangnya hanya sedikit). Saat dibentak, aku yang tidak tahu “etika” saat dibentak, malah menatap mata orang yang membentakku. Bukannya aku sengaja menantang, namun aku tidak tahu bahwa aku “seharusnya” menunduk saja.

Mulanya, sang eksekutor, sebut saja Mbak X, menanyaiku dengan kasar mengenai apa kesalahanku. Kemudian kujelaskan dengan panjang lebar seperti yang telah kujelaskan sebelumnya. Adu mulut pun terjadi. Kembali aku tidak tahu bahwa lebih baik aku diam daripada beradu mulut dengan Tatib.

Aku memang mengakui bahwa ada kesalahan pada name tagku. Selain kepangannya yang belum jadi, ada beberapa bagian yang memang salah. Namun aku tidak terima ketika Tatib mencoba merobek name tagku. Setelah kembali beradu mulut, aku berhasil menyelamatkan name tagku.

Tak lama kemudian, setelah jenuh beradu mulut, Mbak X menanyakan padaku apakah hukuman yang kuinginkan, jika memang aku tidak mau dihukum push up. Setelah negosiasi yang cukup panjang, hukuman yang dijatuhkan kepadaku adalah membersihkan ruang Tatib. Ok, deal! Dan akhirnya, aku diperbolehkan kembali ke barisan rangerku, dengan catatan bahwa siang ini aku harus menjalani hukuman “bersih-bersih”.

Tak lama berselang, sesi hukuman selesai. Area OSPEK kini kembali bersih dari para eksekutor. Adapun acara selanjutnya adalah jalan-jalan ke jurusan. Kami semua dipilah-pilah berdasarkan jurusan masing-masing, untuk melakukan tour ke jurusan. Dan aku pun mulai melangkahkan kaki bersama teman-teman satu jurusan menuju gedung kampus Arsitektur dan Planologi, untuk mengenal lebih jauh tentang jurusanku tercinta.

Usai shalat Dhuhur, kami kembali dikumpulkan di Plaza KPTU untuk menyimak seminar mengenai sikap mental dan etika profesi insinyur, yang dibawakan oleh Bapak Wahyu B. S. selaku pembicara. Siang itu memang sangat melelahkan, namun sebisa mungkin aku tetap berusaha untuk menyimak apa yang disampaikan pembicara, seraya mencatat beberapa hal penting.

Saat sedang asyik-asyiknya mencatat materi, tiba-tiba aku terusik oleh kedatangan beberapa Tatib yang sedang mensweeping para MABA putra yang rambutnya gondrong atau dicat. “Ups, Tatibnya udah turun. Jangan-jangan sebentar lagi giliranku…” gumamku berdebar-debar cemas. Benar saja, tiba-tiba Mbak X memanggilku keluar barisan dan membawaku ke lantai 2 KPTU, menuju ruang Tatib.

Eksekusi pun dimulai. Dan segera saja kumulai menyapu ruangan Tatib, dengan iringan backsound yang tiada henti-hentinya mengiringi. Saat itu aku tidak sendirian, karena banyak juga MABA yang sedang menjalani hukuman saat itu.

Beberapa menit kemudian, hukuman disudahi. Dan kami para terdakwa dipindahkan ke tempat lain. Yaitu ke lahan kosong yang terletak sebelah selatan dari gedung Arsiplan. Di tempat itu, kami kembali diceramahi, sebagai closing dari hukuman. Dan aku yang dianggap sudah menerima hukuman, akhirnya dipersilakan untuk meninggalkan lokasi hukuman oleh seseorang yang pada akhirnya kuketahui sebagai kakak kelasku. Aku pun segera kembali ke plaza KPTU untuk bergabung bersama teman-teman.

Sesampainya di KPTU, teman-teman ARIANE sedang maju ke depan untuk lomba yel. Aku yang datang terlambat akhirnya hanya menyaksikan teman-temanku beraksi sambil menyemangati mereka.

Selanjutnya adalah sesi kepemanduan mengenai peran mahasiswa sebagai agent of change dan sebagai iron stock. Tak ketinggalan pula pembahasan mengenai RUU BHP. Selain diiisi materi, sesi kepemanduan juga diisi dengan sharing.

Dan acara terakhir untuk OSPEK hari itu adalah pembaerian tugas yang tak kalah banyak seperti hari pertama. Di antaranya ada tugas kelompok seperti membawa kenang-kenangan, membuat gambar futuristic, membuat satu buah sentir dari botol kaca, membawa tempat sampah di mana kami sudah jauh-jauh hari ditugaskan untuk membuatnya, serta membuat kata-kata terakhir atau kesan pesan terhadap acara SPUTNIK. Dan juga tugas individu yang kembali menulis esai, kali ini bertemakan “Organisasi vs Study Oriented”.

Sabtu, 25 Agustus; Hari Terakhir SPUTNIK

Hari terakhir seharusnya ditutup dengan sesuatu yang menyenangkan. Namun itu tidak berlaku bagiku. Aku yang mengawali hari itu dengan buruk, merasakan kepenatan dan kesuntukan yang luar biasa. Hari terakhir SPUTNIK, aku datang terlambat.

Aku yang datang dengan berlari-lari segera disambut dengan tatapan menyeramkan dari para Tatib. Dan aku pun kembali berhadapan dengan Tatib!! Oh my God!
“Oh, Dwinna lagi… Woi, temen-temen sini! Ini yang kemarin, Dwinna nih!!” ejek Mbak X.
“Oh yang kemarin nggaya banget minta hukuman ngebersihin ruang Tatib..??” seru temannya.
“Ngapain kamu? Hah?” sebuah pertanyaan ditjukan kepadaku, “telat lagi..??”
“Saya telatnya cuma hari ini, Mbak… Kemarin nggak telat,” ucapku tidak terima.

Cemoohan demi cemoohan datang bertubi-tubi. Begitu pun yang dialami oleh rekan-rekan lain yang datang terlambat. Namun mereka “beruntung” karena sikap mereka yang nrimo. Setelah rampung dengan hukuman push up-nya (yang entah sesuai dengan porsinya atau tidak), mereka dibebaskan dan diperbolehkan bergabung mengikuti acara yang sedang berlangsung. Sangat bertolak belakang dengan nasibku. Aku tetap tidak mau dihukum push up karena memang bukan push up lah hukuman atas pelanggaranku. Pelanggaran yang kulakukan masih tergolong ringan.

“Kamu ini kenapa terlambat? Jawab! Bla… bla…” kembali Mbak X bertanya padaku. Sementara teman-temannya sibuk menggeledah tasku dan mengecek tugasku. Alhamdulillah-nya aku mengerjakan tugasku hari itu dengan cukup baik bahkan diary-ku aman dari unsure menghina Tatib. Untuk masalah itu aku aman.

Entah sudah berapa lama aku dipaksa berdiri di tempat hukuman. Sebenarnya aku ingin lekas pergi dari situ, namun entah aku malas untuk menyerah pada mereka. Sambil berusaha menenangkan diri, aku sedikit mencuri-curi lihat orang-orang yang ada di sekitarku. Kalau aku menebak, tidak hanya Tatib yang ada di dekat situ. Ada Dewan Pengawas, panitia lain, bahkan seorang pemanduku juga di situ sambil. “Yah, aku kok nggak dibela?? Masa Cuma diliatin doank, hix..” gumamku dalam hati.

“Heh, kamu PADMANABA?” selidik Mbak X sambil melirik pin PADMANABA yang kusematkan di jilbab.
“Iya, mbak..” jawabku lirih.
“Hah, heran aku. Dari kemarin anak SMA favorit selalu saja sok ngelawan Tatib! Kemarin SMA tuuutt!!! (sensor-red), sekarang SMA 3. Sok pinter kamu?!!”
“Woi temen-temen!! Adik kelas kalian nih! Dia SMA 3 ternyata!! Malu-maluin nggak sih? Haha..” lanjutnya.
“Hah? SMA 3?? Masa..?? Ihh..” ejek seorang Tatib.
“Coba nih liat pinnya!! SMA 3 Yogya coba..!!” ejek Mbak X.
“Heh kamu SMA 3?” tanya Tatib yang lain.
“Iya, Mas…” jawabku sambil melirik padanya yang aku kenali sebagai kakak kelasku di SMA. Dan aku pun kembali menundukkan kepalaku.
“Heh, kamu tuh tau nggak sih!! Di sini tuh banyak kakak kelasmu tau!!” Mbak X kembali berbicara. “Nih, kamu kenal nggak sama Mbak Y!?”
“Iya, Mbak..” jawabku singkat setelah melirik kepada Mbak Y.
“Heh, kamu liat ke sini!!” hardik seorang Tatib yang lain, sebut saja namanya Mbak Z, yang juga alumni SMA 3.
“Lihat kita!” lanjutnya sambil mengangkat daguku.
“Lihat!! Kita semua ini alumni SMA 3!”. Benar saja, saat aku mengangkat wajahku, aku melihat para Tatib yang alumni SMA3 mengerumuniku.
“Kamu ini malu-maluin almamater, tau nggak sih! Lepas tuh pin-mu!! Jangan malu-maluin SMA 3! Copot!!”
Aku yang sudah semakin capek melayani mereka, segera melepas pin PADMANABAku. Sebenarnya, tanpa mereka suruh pun, aku ingin sekali mencopotnya. Aku benar-benar malu. Bagaimana mungkin aku bangga mengenakan pin SMA 3 sementara aku datang terlambat pagi itu..?? Ugh..

“Huff, kapan nih selesainya..” keluhku dalam hati, “capek…”
“Kamu Teknik Arsitektur ya?” tanya Mbak V, Tatib yang seorang mahasiswi Arsitektur.
“Iya..”
“Berarti kita satu jurusan? Ih, males banget satu jurusan sama kamu!!”
“Kamu ini mbok nulisnya yang bener…” lanjutnya sambil menunjuk tulisan ‘TA’ pada name tagku. “Apa sih susahnya nulis ‘Teknik Arsitektur’?? TA… TA… emangnya ada Teknik TA….”

“Udah-udah..” tiba-tiba Mbak X yang dari tadi diam saja memperhatikan saat aku dikait-kaitkan dengan SMA 3 maupun jurusanku, kini kembali angkat bicara. Sambil berjalan mendekat, ia berkata, “Sekarang kamu maunya apa?”
“Huff, akhirnya..” gumamku dalam hati, sedikit lega.
“Kamu ini, push up nggak mau… nggak terima. Katanya ‘Hukumannya nggak logis, Mbak…’. Terus sekarang maunya apa? Tuh temenmu yang tadi terlambat sekarang udah gabung sama teman-teman yang lain! Coba kamu nurut kayak dia!”
Benar juga, kini hanya aku yang sedang dalam proses eksekusi. Jelas saja, aku kan sudah sekitar setengah jam-an dibentak-bentak seperti itu.
“Kamu mau dihukum apa? Mau bersihin ruang Tatib kayak kemarin?” tanyanya kembali.
“Iya”.
“Nggaya banget… Kemarin aja nggak bersih…” ejek yang lain.
“Oke, kamu butuh berapa menit buat membersihkan ruangan kami??”
“Hah?” tanyaku kaget. Namun aku cepat-cepat berpikir dan menjawab, “Hm, tiga puluh menit..”
“Setengah jam? Oke.. Tapi kalau dalam waktu setengah jam nggak bersih, kami berhak menghukummu!!”
“Gimana?? Terima nggak?? Masih nggak terima, hah??!! Jawab!!!” hardiknya kembali.
“Hm..” lirihku.
“Yang tegas!!”
“Kok bisa!” protesku.
“Kok bisa… kok bisa… ya iyalah… kamu mintanya kan setengah jam. Kalau sampai nggak bersih berarti kamu bohong kan!! Jadi kami berhak memberikan hukuman lagi!” balasnya.
“Hukuman apa?” tanyaku.
“Suka-suka kita!!”
“Hm..” lirihku kembali.
“Terima nggak?!” ejeknya.
“Terima Mbak..” dengan berat hati kusanggupi perjanjian itu. Perjanjian yang sangat tidak masuk akal. Sebenarnya aku bisa saja menolak seperti sebelum-sebelumnya. Tapi aku sudah benar-benar capai. Aku lelah, benar-benar lelah. Aku sudah enggan berdebat yang tiada habis-habisnya dengan para Tatib.
“Yang tegas!!” hardiknya tidak sabar.
“Saya akan membersihkan ruang Tatib selama tiga puluh menit. Jika dalam tiga puluh menit saya tidak berhasil menyelesaikan pekerjaan saya, saya bersedia dihukum,” tegasku sambil mengangkat wajahku; dengan berat hati tentunya.
“Oke, aku pegang kata-katamu! Kalau sampai nggak bersih, kita berhak menghukum kamu!”
“Tapi hukumannya yang logis, Mbak..” ujarku dengan sisa-sisa kekuatan.
“Hah!! Itu lagi!! Udah!!” katanya sambil melotot.
“Oke, nanti kamu bersihin ruangan kita! Nggak usah kupanggil kayak kemarin, kamu harus datang sendiri ke ruangan kita!! Manja…” lanjutnya.
“Iya, Mbak…”
“Kupegang kata-katamu!” kata Tatib yang lain.
“Awas kamu!!” timpal yang lain.
“Sana cepat kamu gabung sama teman-teman yang lain!! Kamu udah ketinggalan tau!!”
“Cepat!! Jangan lelet!!” seru mereka mengusirku, sementara mereka mulai beranjak membubarkan diri.
“Sepertinya mereka juga capek, sama seperti aku..” pikirku sambil berlari menjauh dari para eksekutor.

Usai acara bentak-bentakan pagi tadi, aku semakin down. Udah capek, dibentak-bentak lagi!! Aku pun mengikuti acara OSPEK hari terakhir tanpa gairah sama sekali. Bahkan saat games dalam acara kepemanduan aku tidak ikut dan hanya jadi pengamat karena aku terlambat datang forum. Kenapa? Aku baru saja menghadap Dewan Pengawas, meminta mereka menemaniku ke ruang Tatib. Namun rupanya ruang Tatib masih kosong sehingga aku kembali lagi Rangerku.
Beberapa jam kemudian, baru aku kembali mengecek ke ruang Tatib bersama seorang DP (Dewan Pengawas) dan pemanduku. Di sana, sama seperti kemarin, aku diomelin terlebih dahulu oleh mbak-mbak Tatib, sebelum aku mulai menyapu. Selama menyapu pun aku tak merasa kesepian. Bagaimana tidak? Ruang tersebut tidak kosong seperti kemarin saat aku pertama datang. Kali ini aku tidak merasa kesepian. Bagaimana tidak? Banyak Tatib yang ‘menemani’ku, laki-laki maupun perempuan. Tak hanya itu, banyak peserta lain yang juga dihukum sepertiku. Belum lagi, teman-teman yang baru didatangkan oleh para Tatib untuk dipangkas rambutnya, termasuk kukenali di antara mereka salah seorang teman SMA. “Lho, Dwin?” tanyanya heran.

Tiga puluh menit pun berlalu. Waktuku telah habis. Hingga Mbak X memanggilku untuk menghadap. Lagi-lagi diomelin. Entah apa yang dia katakan, aku sudah lupa. Dan sepertinya dia juga menyadari bahwa aku tidak terlalu memperhatikan omelannya. Ia pun menyudahi dan menyuruhku untuk menjalani hukuman selanjutnya. Hukuman karena aku tidak menyelesaikan pekerjaanku menyapu ruangan.
“Kamu nggak pernah nyapu ya di rumah? Masa nyapu aja nggak bersih??” ejeknya.
Mendengar ejekan itu, sebenarnya aku ingin tertawa. Namun tidak kulakukan karena aku sudah benar-benar capek.
“Sekarang push up!” katanya kemudian.
Push up..?? Nggak masalah sih, lagipula tadi pagi aku sudah berjanji akan push up jika perekerjaanku tidak beres. Hal yang tidak masuk akal. Sebenarnya aku melakukan itu dengan terpaksa karena sebenarnya aku tau bahwa satu pelanggaran hanya akan dikenai satu sanksi. Sedangkan ini?? Ah tapi sudahlah, AKU CAPEK!!!

Hukuman selesai.

Hari itu kujalani tanpa semangat sama sekali. Dan sepertinya tak hanya aku saja yang mengalaminya. Teman-teman rangerku juga terlihat lesu, bete, dan tanpa gairah. Padahal ini adalah hari terakhir OSPEK yang seharusnya bisa kami jalani dengan senyum dan semangat.

Pukul 15.50 WIB, usai shalat Asyar adalah saat-saat yang ‘kunantikan’. Apakah itu? Nuclear Explosion!! Haha, saat-saat yang mendebarkan, saat-saat bertemu kembali dengan para Tatib. Dan empat puluh menit Nuclear Explosion seolah berlalu begitu saja, seolah bukan apa-apa bagiku yang sudah bosan dan suntuk. Hingga kemudian adalah acara permintaan maaf dari para Tatib yang sebenarnya……….(sensor-red). Dilanjutkan dengan acara penghargaan dan lain-lain.

Waktu shalat Maghrib pun tiba. Kali ini kami satu Teknik, dikumpulkan di halaman depan KPTU untuk melakukan shalat berjamaah. Selanjutnya, hadirlah Pak Fadly “Lilik” Reza yang sengaja datang ke Teknik untuk memberikan motivasi, sebelum acara nonton bareng film SPUTNIK 2007.

Adzan Isya’ sudah berlalu sejak tadi. Namun entah mengapa acara masih tetap dilanjutkan. “Kapan shalatnya??” tanyaku lirih sambil menangis dalam hati. Aku yang sedang kalut semakin kalut. Sekitar pukul setengah delapan, barulah kami ‘dipersilakan’ shalat Isya berjamaah.

Usai shalat Isya, iringan musik keras bertalu-talu memecahkan suasana malam itu. AKU TIDAK SUKA!! Teriakku dalam hati. Aku tidak tahu, sejak kapan aku tidak menyukai situasi seperti itu. Musik-musik itupun seolah membawa jiwaku terbang menjauh dariNya. Dentaman-dentaman kerasnya seolah musuh bagi nuraniku, imanku. Aku ingin menangis, Rabbi. Suasana malam yang gelap seolah tak mampu memberikan perlindungan. Aku takut Rabbi…

Dengan iringan backsound yang tak henti-hentinya, pemandu putriku mengajak teman-teman putri ARIANE untuk berkumpul sejenak sambil ‘menikmati’ malam itu. Sambil mencari-cari lokasi yang cocok untuk berkumpul bersepuluh, mataku tanpa sengaja menangkap sosok salah seorang teman priaku di antara kegelapan sedang menghisap sebatang rokok. Oh, Rabbi….

Malam ini, berakhirlah sudah rangkaian acara SPUTNIK yang melelahkan, yang tak hanya menguras fisik namun juga menyita hati dan pikiran. Yah, secara fisik aku memang lelah, namun kesibukan ini ternyata jauh menguras imanku. Aku ingin menangis… Yah, benar saja, air mataku yang telah tertahan selama beberapa hari ini tumpahlah sudah. Teman-teman perempuanku pun merasa keheranan melihatku yang tiba-tiba menangis. Namun sepertinya pemanduku mengerti apa yang sedang kualami. Dan dengan bahasa isyarat, beliau berusaha menenangkan kegundahan hatiku. Beliau berusaha memberikanku tausyiyah agar aku tetap tegar dengan semua ini. Ini belum seberapa.

Dan malam terakhir SPUTNIK pun kulalui dengan perasaan yang tidak menentu. Namun dengan ini aku pun menjadi sadar bahwa aku tak bisa diam saja di sini. Aku punya tugas yang berat di sini, sangat berat!! Namun inilah jalanku. Dan akulah yang telah memilihnya. Dengan niat yang tulus dan tekad yang kuat, insya Allah aku kan bisa melalui semua ini. Semangat!!!

----

Kini OSPEK 2008 (baca: INFANTRI 2008) sudah di depan mata. Akankah INFANTRI sama dengan SPUTNIK? Makin membaikkah? Ataukah semakin buruk? Dulu aku menjadi peserta OSPEK, kini giliranku menjadi panitia OSPEK mendatang. Akankah semua berjalan baik-baik saja? Semoga. Kita tunggu kelanjutannya!! Fight!
(Semoga Allah senantiasa melindungi kami, amin…)


14 Agustus 2008
Menjelang INFANTRI 2008

Sunday, August 10, 2008

Lama Nggak Posting

Kayaknya aku udah lama banget nggak posting..tau nih lagi nggak ada ide..sebetulnya, ide sih banyak,cuma gak ada waktu aja buat nulis...doakan saja ya teman-teman,semoga aku bisa produktif lagi..karena sebetulnya,menulis itu sangat menyenangkan...^;^

SEMANGAT!!!

Thursday, July 24, 2008

Padamnya Listrik vs Padamnya Matahari

Pagi ini, aku sedang asyik duduk di depan computer, membuka FS, mengedit blog, serta chatting alias YM-an dengan seorang teman. Namun ketika sedang asyik-asyiknya, tiba-tiba layar computer di hadapanku mati, diiringi padamnya lampu dan alat-alat elektronik lain di rumah. “Ah, njegleg!” pikirku.

Aku pun segera menuju teras depan untuk mengecek dan membetulkan tombol sekering. Namun ternyata bukan njegleg (baca: konsleting), tetapi memang ada pemadaman dari pusat. “Ya sudahlah, tidak apa-apa. Aku kerjakan hal yang lain saja,” gumamku.

Beberapa menit kemudian, aku bermain-main di teras belakang rumahku. Menghirup udara segar, sambil menikmati indahnya tanaman-tanaman yang tumbuh segar di dalam potnya. Ditemani oleh ikan-ikan koi berwarna-warni yang berenag lincah di kolam berbentuk angka delapan, menimbulkan suara gemericik menentramkan. Matahari pun turut memeriahkan indahnya suasana pagi itu dengan pancaran sinarnya yang kuning keemasan. Ah matahari… apa jadinya jika matahari tak lagi bersinar? Mungkin aku tak lagi dapat menyaksikan indahnya pemandangan pagi ini. Bunga-bunga tak kan lagi bermekaran. Ikan-ikan pun tak kan lagi berenang lincah ke sana ke mari. Semuanya akan gelap gulita, tiada lagi pemandangan seindah pagi itu. Dan pastinya, tak akan ada lagi kehidupan.

Ah, apalah artinya pemadaman listrik yang saat ini sedang kualami. Toh tanpa listrik yang mengalir pagi ini, aku masih bisa hidup. Aku masih bisa melihat, mendengar, bernapas… Aku pun masih bisa membuat tulisan ini.

Sungguh aku bersyukur padaNya, Rabb yang telah menciptakan langit dan bumi. Rabb yang telah menciptakan matahari. Sungguh syukurku yang tiada terhingga kupanjatkan padaNya. Apa jadinya jika pagi ini bukan listrik yang padam melainkan matahari? Maha Suci Allah Yang Maha Berkuasa atas segala sesuatu.


14 Juli 2008
-saat listrik di rumahku berhenti mengalir,
saat aku masih dapat menikmati indahnya sinar mentari-

Monday, July 14, 2008

Aku dan Sepakbola

Entah sejak kapan aku mulai bersinggungan dengan dunia sepak bola. Sebuah dunia yang membuatku merasa ‘hebat’ sekaligus ‘lemah’, ‘bahagia’ sekaligus ‘sedih’.

Kalau kuingat-ingat kembali, aku sudah menikmati permainan sepak bola semenjak kecil, semenjak SD lebih tepatnya. Awalnya sih hanya permainan yang kuikuti saat pelajaran olahraga. Namun entah mengapa, aku begitu tertarik dengan permainan itu. Permainan yang sangat menyenangkan, meskipun oleh teman-teman priaku aku ‘hanya’ ditempatkan di posisi bek. Posisi yang sangat tidak mengasyikkan kupikir. Sebab dengan posisi itu aku sama sekali tidak diberi kesempatan untuk menyerang ke kubu lawan. Menyebalkan!! Namun meskipun posisiku adalah bek, naluri menyerangku tetap saja meledak-ledak. Dan ketika bola menyentuh kakiku yang sudah gatal ingin mencetak gol, aku langsung memanfaatkan kesempatan dengan sebaik-baiknya dan menendang bola keras-keras. Entah gol atau tidak, aku tidak peduli.

Permainan sepak bolaku tidak berhenti begitu saja. Ketika SMP pun, aku tetap meneruskan ‘hobi’ku ini. Namun aku sedikit kecewa karena pelajaran olahraga di sekolah bisa dibilang tidak pernah ada permainan sepak bola. Kenapa aku tidak bergabung saja dengan teman-teman priaku yang hampir selalu bermain sepak bola di sela-sela jam kosong? Oh..tentu saja tidak! Itu tidak mungkin. Nuraniku mengatakan tidak! Aku seorang wanita berjilbab dan aku punya rasa malu.

Karena aku tidak bisa menyalurkan kesenanganku itu di sekolah, maka di rumahlah pelampiasanku. Bermain bersama adik-adik dan sepupuku. Kadang bermain ‘semarangan’, kadang adu penalti. Sangat menyenangkan! Kadang sepulang sekolah, ketika mampir ke rumah nenekku, aku hampir selalu menyempatkan bermain sepak bola bersama mereka, dengan tetap mengenakan rok seragam sekolah. Tak ayal lagi, hampir semua rokku sobek pada belahannya, apalagi saat itu aku mulai mengambil ‘spesialisasi’ sebagai penjaga gawang. Tapi aku tak peduli pada rokku, toh bisa dijahit lagi, yang penting aku senang!! Begitu pikirku.

Hubunganku dengan kehidupan sepak bolaku kian erat pada masa SMP ini. Aku yang semula hanya suka bermain sepak bola, kini mulai tertarik untuk menonton pertandingan sepak bola di televisi. Hal itu terjadi, tak lain karena hadirnya sebuah pesta sepak bola akbar empat tahunan, Piala Dunia 2002. Saat itu aku menjagokan tim Panser Jerman yang keluar sebagai runner up Piala Dunia 2002, setelah dikalahkan oleh tim Samba Brazil. Tak hanya terpikat dengan permainan mereka, aku pun terpesona oleh aksi menawan salah satu bomber Jerman kelahiran Polandia, Miroslav Klose.

Menginjak masa SMA, kesempatanku bermain sepak bola bersama adik dan sepupuku mulai berkurang. Maklum, kegiatan di SMA ternyata cukup menyita waktu dan menguras energiku. Namun bukan berarti aku berhenti bermain sepak bola. Sepak bola tetap kujalani di sekolah, yaitu saat pelajaran olahraga.

Entah karena alasan apa saat SMA ini, aku beralih dari seorang penjaga gawang menjadi penyerang. Entah karena kemampuanku sebagai penjaga gawang mulai berkurang, ataupun karena minus mataku yang mulai bertambah. Apapun alasannya, aku sangat menikmati posisi baruku ini.

Di SMA, kehidupan sepak bolaku mulai memberikan harapan. Bermain sepak bola yang semula hanya sekedar ajang penyaluran hobi, kini mulai berkembang ke arah professional. Professional? Tidak juga. Namun setidaknya, aku dan dunia sepak bolaku sudah mulai merambah turnamen.

Ya, di masa SMA ini, aku bergabung bersama teman-temanku untuk mengikuti beberapa kompetisi sepak bola yang diadakan oleh suatu instansi. Kompetisi pertama yang kami ikuti adalah invitasi futsal putri antar SMA yang diadakan oleh UAJ, di mana kami berhasil meraih tempat ketiga dari 4 tim yang mengikuti kompetisi tersebut. Saat itu aku masih duduk di kelas X.

Dua tahun kemudian, UAJ kembali mengadakan invitasi futsal putri antar SMA. Namun kali ini kami hanya menempati posisi keempat dari empat tim yang bertanding. Kecewa? Yah, sedih sih.. tapi tidak mengapa. Toh kami menganggapnya hanya sekedar refreshing.

Menginjak dunia perkuliahan, aku yang semula mengira bahwa “karier” sepak bolaku akan berakhir, masih saja meneruskan aktivitas ini. Sungguh tak disangka, di kampus, banyak sekali kutemukan kesempatan. Sebut saja Teknisiade, Pormagama, dan BEM Athlon. Belum lagi kompetisi-kompetisi yang diadakan oleh jurusan-jurusan ataupun universitas. Oke, kalau begitu kuceritakan saja satu per satu.

Kompetisi pertama kali yang kuikuti di dunia kampus diadakan oleh pihak universitas, UKM Sepakbola Universitas. Saat itu, kami se-Teknik bergabung menjadi satu tim futsal putri Teknik untuk melangkahkan kaki ke gelanggang mahasiswa. Namun sayangnya, kami kandas di babak penyisihan.

Kesempatan kedua pun datang. Teknisiade, sebuah turnamen olah raga antar jurusan se-Fakultas Teknik yang diadakan oleh Departemen OASE BEM KMFT, mengundang kami untuk kembali bermain di pertandingan futsal putri. Kali ini aku bergabung bersama teman-teman Arsitektur angkatan 2007. Bermodalkan rasa percaya diri yang “tinggi” (karena kami sama sekali tidak latihan dan asal mencomot pemain), kami mencoba mengharumkan nama jurusan kami dengan berpartisipasi dalam turnamen ini.

Pada pertandingan pertama, kami cukup membuat kubu Arsitektur tersenyum. Namun pada akhirnya, kami harus menelan kekalahan di pertandingan kedua saat menghadapi Teknik Kimia. Kalah? Bukan masalah! Setidaknya kami kalah secara terhormat alias tidak WO.

Beberapa bulan kemudian, BEM KMFT kembali mengadakan kompetisi futsal putri. Kali ini, para “wonderwoman” dari tiap departemen di BEM, MPM, dan BSO se-Teknik, ditantang untuk unjuk kebolehan. Pada kesempatan kali ini, aku maju ke medan kompetisi membela departemenku di BEM, SOSMAS. Dan, hasilnya pun bisa ditebak. Aku dan timku dikalahkan oleh Departemen PO, sang penyelenggara, melalui adu penalty. Bahkan aku sang eksekutor pertama dari tim SOSMAS, gagal menjebol gawang lawan.

Bulan Mei 2008. Rupanya KMTE (Keluarga Mahasiswa Teknik Elektro) tidak mau kalah. Mereka pun tidak ketinggalan mengadakan kompetisi futsal putri se-universitas. Pesertanya adalah dari tiap jurusan di UGM. Kembali aku memenuhi panggilan manajer sekaligus pemain tim kami, bergabung bersama tim futsal putri Arsitektur.

Sekali lagi, hanya dengan bermodalkan semangat, kami yang lelah fisik dan pikiran karena menyambi menyelesaikan tugas-tugas kuliah, maju ke arena kompetisi tanpa latihan sama sekali.

Pertandingan pertama berjalan cukup mulus. Kami berhasil mengalahkan tim D3 Ekonomi. Menginjak pertandingan kedua, kami yang bermain takut-takut karena lawan kami adalah tim yang terkenal hebat (baca : Teknik Sipil), akhirnya pun berhasil mengalahkan tim lawan melalui adu penalty yang diakhiri dengan perundingan antar kapten kedua tim.

Berhasil mengalahkan tim Teknik Sipil, kami pun melangkah ke babak semifinal dan bertemu kembali dengan Teknik Kimia, tim yang telah mengkandaskan langkah kami di ajang Teknisiade beberapa bulan silam. Dan sekali lagi, sungguh tidak disangka, kami berhasil mengalahkan Teknik Kimia dan melenggang ke babak final. Namun pada akhirnya, perjalanan kami yang cukup mulus terhenti setelah tim Kehutanan mengkandaskan kami di final.

Ah, tak terasa sudah bertahun-tahun aku menjalani hidupku sebagai seorang pemain sepak bola (meskipun hanya sebagai pemain panggilan). Sebuah cita-cita yang pernah terbesit di benak. Ya, dulu aku pernah bercita-cita menjadi atlet futsal putri yang akan mengharumkan Negara Indonesia di kancah internasional. Tak hanya sekadar atlet futsal putri semata, tapi sebagai atlet futsal putri pertama yang mengenakan jilbab. Aku ingin membuktikan bahwa seorang muslimah, seorang wanita berjilbab, pun bisa menjadi seorang bintang di lapangan.

Ah, cita-cita yang sudah lama sekali. Namun rasanya, hal itu terlupakan begitu saja. Aku tak lagi mempunyai keinginan untuk mewujudkan anganku itu. Aku yang sudah menikmati kehidupan sepak bola selama bertahun-tahun ini rupanya sudah cukup puas. Bahkan aku sempat berpikiran untuk benar-benar mundur dari dunia sepak bola karena aku merasakan suatu kebosanan dan kehampaan.

Namun belum sempat aku mendapatkan kemantapan hati untuk meninggalkan sepak bola professional, kembali ada panggilan untuk bermain sepak bola. Kali ini adalah dalam rangka memeriahkan turnamen olah raga se-universitas, Pormagama. Selain karena kebimbangan yang masih menghantui diriku, permintaan dan paksaan dari teman-teman meluluhkan hatiku untuk menyanggupi bermain kembali. Aku, kembali ke lapangan untuk membela Fakultas Teknik tercinta.

Pormagama, Juni 2008. Turnamen futsal diadakan di lapangan Bardosono Godean. Bersama teman-teman Teknik dari berbagai jurusan, aku mengobarkan semangat dalam hati untuk memenangkan turnamen ini. Yah, meskipun kemenangan memang bukan segala-galanya…

Perjalanan tim futsal putri Teknik kali ini rupanya cukup berat. Kekalahan 2-0 dari tim Fakultas Kedokteran Gigi di pertandingan pertama cukup membuat kami shock. Namun kesedihan kami atas kekalahan di pertandingan perdana cukup terobati atas kegemilangan kami di partai kedua mengalahkan tim Sastra, 3-2.

Hari kedua di pertandingan ketiga, kami bertemu dengan Fakultas Kedokteran Umum, dan berhasil menekuk mereka 3-1. Satu gol berhasil kuciptakan dengan tanpa sengaja.

Dua kali kemenangan dan satu kali kekalahan tidak membuat kami cukup senang. Bagaimana tidak? Kemungkinan untuk kami lolos ke babak selanjutnya cukup kecil, mengingat lawan terakhir kami di babak penyisihan ini adalah tim Kehutanan. Ya, untuk lolos ke babak selanjutnya, kami harus bisa mengalahkan tim hebat Kehutanan.

Namun apa daya. Pada pertandingan penentuan ini, kami justru bermain kurang bagus. Atau lawan kami yang terlalu hebat? Yah, pada pertandingan ini, bahkan para pemain lawan berhasil mengunci pergerakan bomber kami sehingga tidak satupun gol tercipta dari kakinya. Sementara tim Kehutanan berhasil membobol gawang kami sebanyak tiga kali. Hingga pada akhirnya kami hanya mampu memperkecil kekalahan menjadi 3-1, dengan satu gol yang berhasil kuciptakan atas assist dari seorang rekanku. Dengan kekalahan itu, kami pun harus rela mengubur mimpi kami untuk meraih trofi juara.

Terlepas dari kekalahan kami di babak penyisihan turnamen Pormagama, aku yang semula ingin hengkang dari kancah sepak bola, kini menemukan kembali semangatku. Setidaknya untuk saat ini, aku masih ingin melnajutkan ‘karier’ku di dunia sepak bola. Bukan tanpa alasan! Yakinlah, aku tidak mau jika aku berada di dunia sepak bola hanya sekedar bersenang-senang. Sepulang dari Pormagama, aku menemukan kembali sebuah tujuan yang ingin kucapai dengan dunia itu, meskipun mungkin hanya dalam rentang waktu yang tidak terlalu lama. Namun tak mengapa, pikirku. Dan Pormagama, rupanya memberikan cukup banyak hikmah yang bisa kupetik, sesuatu yang memang sedang kubutuhkan. Sungguh Allah Maha Mengetahui kebutuhan hamba-hambaNya.

Satu tahun sudah perjalanan ‘karier’ sepak bolaku di dunia kampus. Banyak sudah lika-liku yang telah kulalui. Ah, lalu bagaimanakah kisah kehidupan sepak bolaku di tahun mendatang? Di tahun ketika aku tak lagi menjadi ‘adik’ terkecil di kampus Teknik ini? Kita tunggu saja kelanjutannya! Harapku, semoga Allah selalu menjaga dan melindungiku, serta memelihara kesucian hati, pikiran, lisan, serta perbuatan diri yang hina ini. Amin.

Juni – Juli 2008
Masihkah aku akan di sini?

Jadi Mahasiswi di Kampus “Lelaki”

Tidak terasa, sudah setahun lamanya aku menjalani kehidupanku sebagai mahasiswi Fakultas Teknik UGM. Menjadi bagian dari keluarga fakultas terbesar di UGM ini, rasanya sungguh menyenangkan. Entah bagaimana terselip rasa bangga dalam hati.

Namun sejak pertama kali menjejakkan kaki di bumi teknik tercinta, aku merasakan hal yang cukup membuatku pusing dan terperangah. Bagaimana tidak? Kenyataan bahwa fakultas dengan komunitas terbesar ini juga merupakan sarangnya kamu lelaki, sempat membuatku shock dan illfeel. Hampir di setiap penjuru kampus, bisa didapati makhluk bernama “lelaki” itu. Di setiap sudut mata memandang, hampir selalu terlihat ada lelaki yang melintas, duduk, bercengkrama, bersendagurau, dan aktivitas lainnya. Oh my God!

Ah, sudah satu tahun rupanya “cobaan” ini kulalui. Aku pun mulai kebal dan terbiasa dengan pemandangan dan keadaan ini, meskipun terkadang aku masih tetap shock dan ‘meringis’ bila terpaksa harus berada sendirian di tengah-tengah kaum lelaki (menghadiri rapat sebagai satu-satunya peserta wanita sudah merupakan hal yang sangat biasa bagiku, hix..T.T). Oh my God! Keadaan inilah yang menyebabkan aku (terpaksa) memiliki teman pria yang semakin banyak. Mulai dari teman OSPEK (sekitar empat per lima dari jumlah anggota rangerku adalah laki-laki), teman BEM, dan lain-lain. Belum lagi teman yang kenal secara tidak sengaja, misalnya bertemu dalam suatu event, satu kepanitiaan, suatu komunitas, ataupun karena suatu persamaan. Selain karena kondisi yang ‘mengharuskan’ kami saling mengenal, ada banyak cara atau media yang menyebabkan kami saling kenal. Baik itu kenal lewat teman, maupun chatting di dunia maya. Bahkan untuk kasus chatting di dunia maya ini cukup parah. Jiwa sok kenalku pada orang lain semakin membabi buta. Apalagi sekarang ada media pendukung yang cukup efektif semacam Friendster dan YM (Yahoo Messanger). Banyak sekali korban (baca: korban sok kenal sok tauku) yang berjatuhan, hanya karena alasan seperti :
“Oh dia anak Teknik juga…” atau
“Kayaknya dia temennya si A deh?” atau
“Kayaknya ini kakak angkatanku…” atau
“Hm, kalau nggak salah aku pernah tau orang ini?”
…dan berbagai macam alasan lain.

Namun setidaknya aku cukup beruntung karena statusku sebagai mahasiswi jurusan Teknik Arsitektur. Di kampus Arsitektur, perbedaan jumlah wanita dan laki-laki tidak terlalu besar. Atau bisa dikatakan cukup seimbang. Huff, aku tidak bisa membayangkan, apa jadinya jika aku adalah mahasiswi jurusan Teknik E*****O ataupun M***N..?? Hehe…

Ah, sudahlah! Aku bosan membicarakan itu terus. Sebenarnya aku kurang suka membahas hal ini, tapi entah mengapa masalah ini sedang berputar-putar di benakku. Daripada memenuhi pikiranku, kutuangkan saja semua dalam tulisan ini. Haha..sekarang sudah lumayan plong, alhamdulillah! ^;^ Nah kalau begitu sampai di sini saja deh! Ok! TEKNIK JAYA!!

“Ya Allah, jagalah hati-pikiran-lisan-perbuatanku dalam sebaik-baik penjagaanMu. Dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang bertaubat. Amin.”


11 Juli 2008, malam hari
(Di atas tempat tidurku yang nyaman)

Punya Suami Ganteng???

“Aku pingin punya suami yang ganteng…” celetuk seorang teman. Pernyataannya yang sangat tiba-tiba itu membuatku kaget bercampur heran.
“Trus?” tanyaku.
“Hm, aku gak tau kenapa, akhir-akhir ini kok aku jadi kepikiran ya..??”
“Udah kepikiran mau nikah?”
“Bukan itu!! Bukan soal nikah, tapi soal suami yang ganteng itu..”
“Oh.. apa bedanya? Aku jadi bingung…” ucapku sambil menggaruk-garuk kepalaku yang tidak gatal. “Trus..?”
“Huff, gimana nggak kepikiran?? Akhir-akhir ini aku dikelilingi banyak cowok ganteng…”
“Hah..??? Maksud lo??” tanyaku sambil membelalakkan mata.
“Haha, bercanda… maksudku….”
“Maksudmu..??”
“Akhir-akhir ini banyak cowok ganteng muncul dalam hidupku,” jelasnya, “beberapa waktu ini, secara kebetulan aku dapat kenalan baru cowok-cowok ganteng. Ditambah lagi, nggak tau kenapa, aku lagi akrab-akrabnya dengan beberapa teman cowok yang ganteng juga!”
“Ketemu teman baru yang ganteng… ditambah lagi teman lama yang juga nggak kalah cakep???”
“Yup!”
“Kamu naksir mereka?”
“Naksir?? Bercanda aja, say! Aku bilang mereka ganteng, bukan berarti aku naksir kan? Dan akrab dengan mereka pun bukan berarti aku jatuh cinta kan?”
“Iya sih… lantas?” tanyaku semakin bingung.
“Gini lho, say… Terlintas saja dalam pikiranku, betapa beruntung dan bahagianya aku jika kelak salah satu dari mereka menjadi suamiku. Aku gak bakalan bosan memandang kegantengan wajah suamiku! Iya nggak? Hehe..”
“Iya juga sih… secara ganteng gitu! Hoho… ^;^” jawabku mengiyakan.
“Tapi..”
“Tapi?”
“Tapi ada hal yang sangat kusayangkan… Cowok-cowok ganteng itu ternyata tidak sesuai dengan keinginanku.”
“Maksud lo..?? Kurang ganteng gitu?”
“Aduuh.. bukan itu! Oke, aku emang pingin punya suami yang super duper ganteng. Tapi bukan berarti itu syarat yang utama. Karena bagiku yang utama adalah agamanya!”
“Ceilee…” godaku.
“Loh? Bener kan? Nggak ada gunanya mereka seganteng Leonardo Di Caprio, Tom Cruise, Toby McGuire, ……”
“Seganteng Miroslav Klose!!” potongku cepat, nyengir.
“Iya.. iya.. dah! Nggak ada gunanya mereka seganteng Miroslav Klose, kalau shalatnya aja bolong-bolong, ngajinya masih dieja, puasa ogah-ogahan, infaq nggak pernah, hobinya foya-foya, suka berbohong…. trus mbolosan, nyontekan, ngaretan, misuhan, ghibahan, ngrokokan, b***pan, …..”
“Udah cukup!!” buru-buru kuhentikan pembicaraan dia, “trus?”
“Ya gitu deh! Intinya, ketampanan nggak akan ada artinya kalau agamanya ‘NOL’!!”
“Tul! Setuju!! Hehe…” ucapku seraya mengacungkan kedua jempolku, “Rasulullah pun pernah bersabda bahwa memilih pasangan hidup itu lazimnya karena empat perkara: karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya atau ketampanannya, dan karena agamanya, maka pilihlah yang baik agamanya. Karena jika tidak, maka binasalah kita.”
“Iya bener… Subhanallah banget deh kalau dapet suami yang memenuhi empat kriteria tadi. Dunia serasa milik berdua… hehe”
“Iya, aku juga mau! Rezeki dari Allah, siapa yang tau? Doain ya?” ucapku malu-malu.
“Sip!”
“Tapi ngomong-ngomong, kalau misalnya kamu dapat suami yang nggak ganteng eh maksudku nggak seganteng yang kamu bayangkan gimana?”
“Hm, ya nggak masalah sih! Kan tadi aku udah bilang kalau yang terpenting bagiku adalah agamanya! Kalau ternyata Allah memberiku suami yang nggak ganteng, ya…..mau gimana lagi? Disyukuri aja! Yang penting hatinya ganteng bo’….”
“Muka preman, hati beriman… mantab!!”
“Haha, kamu ini ada-ada aja!”
“Ya udah, kalau gitu kita sama-sama berdoa deh! Semoga Allah memberikan jodoh yang terbaik untuk kita…..”
“Amin.. dan ganteng!!”
“Iya.. iya.. “ jawabku sambil tersenyum, “eh tapi inget!”
“Apaan?”
“Jangan harap kita dapat jodoh yang ‘sempurna’ kalau kita sendiri nggak berusaha ‘menyempurnakan’ diri. Iya nggak? Kalau nggak percaya, buka tuh QS. An-Nuur(24):26, ‘Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)…’.”
“Sepakat!!”
Akhirnya, kami pun menyudahi pembicaraan kami dengan senyum tersimpul di wajah kami dan seuntai do’a, semoga Allah mendengar permintaan kami.

9 Juli 2008
-saat makhluk itu muncul-

Sunday, July 6, 2008

Ich und Deutsch

Aku bisa bahasa Jerman? Nggak juga. Tapi entah mengapa banyak temanku yang suka berkonsultasi alias meminta bantuanku untuk mentranslate dari dari bahasa Indonesia ke bahasa Jerman ataupun sebaliknya. Dan request yang mereka ajukan pun terkadang suka aneh-aneh. Mana bahasanya belibet lagi! Lha gimana enggak? Bahasa Indonesia terkadang suka dibikin belibet, jadi mana bisa kalo harus ditranslate “plek” ke bahasa Jerman? Duh..

Pernah suatu ketika, ada orang yang yang tak kukenal mengirim SMS padaku. Sebut saja namanya D. ternyata, D adalah kakak salah seorang temanku. Dalam SMSnya, dia meminta tolong padaku untuk mentranslatekan beberapa alias banyak kalimat ke dalam bahasa Jerman. Namun ternyata kalimat-kalimat itu merupakan kalimat yang kurang akrab bagiku. Gimana enggak? Kalimat-kalimat itu merupakan bagian dari Kata Pengantar sebuah skripsi. Duh! Akhirnya , dengan membuka-buka kembali kamus Indonesia-Jerman ibuku, dan meminta bantuan orang tuaku, serta mengandalkan sedikit ‘insting’, aku membantu D menyelesaikan tugasnya.

Pernah pula aku hampir dibuat menangis oleh seorang temanku. Gimana enggak? Salah seorang teman SMAku yang berbeda kelas, malam-malam mengunjungiku untuk memintaku mentranslatekan tugas bahasa Jerman. Padahal saat itu aku sedang mati-matian menyelesaikan tugas maketku. Tapi aku mengalah dan membantu temanku itu, toh nggak lama-lama, pikirku. Namun ternyata, jauh di luar dugaan, temanku begitu betah bertahan di rumah. Padahal waktu sudah menunjukkan sekitar pukul sembilan malam. Aku mulai panik. Namun memang dasarnya aku yang penakut. Aku tidak tega “mengusir” temanku pulang. Menyedihkan…dan akhirnya aku hanya bisa menangis tertahan dalam hati dan berdo’a semoga temanku cepat pulang.

Selang beberapa bulan kemudian, saat aku sudah tidak lagi menyentuh pelajaran bahasa Jerman, adik kelasku mendatangiku yang kebetulan berkunjung ke SMA (udah alumni bo’! ^;^). Dengan rayuan gombalnya sebagai basa-basi, mereka meminta bantuanku untuk membuatkan sebuah drama (baca: percakapan) dalam bahasa Jerman. Eits…mereka ini! “Oke,” kataku. Namun aku mengatakan pada mereka bahwa aku hanya akan sekedar membantu mentranslatekan kalimat-kalimat yang sulit. Selebihnya mereka harus berusaha sendiri. Berikut cuplikan SMS yang mereka kirimkan padaku.
“Mb, qt uda bikin, tp uda mentok nyampe sini, mhn bantuannya.
>Hr ni qt baru masuk skulah
>Uda kenal sama tmn2nya blum?
>Skrg kenalin diri kalian msg2
>Apa cita2 kalian?
Maav ngrepotin. Danke schon.” (16 Juni 2008 10:49)
Setelah proses berpikir yang cukup memusingkan, aku membalas SMS itu. Namun setelah itu mereka kembali menanyakan kalimat lain. Dan aku pun membalas.
“Die Glocke hat gelauten. Jetzt haben wir Pause. Dann gehen wir zum Schulhof.”

Dua hari kemudian, giliran teman SMAku mengirim SMS padaku. SMS yang hingga kini belum kubalas.
“Mw mnta tlg..artinya kalimat ini ap y? Terima lasih
Einigkeit und Recht und Freiheit Füs das deutsche Vaterland
Einigkeit und Recht und Freiheit Sind des Glukkes Unterpfand
Danach laßt uns alle streben
Brüderlich mit Herz und Hand
Bl h im Glanze dieses Gl kkes Bl he, deutsches Vaterland”
Begitulah SMSnya. Ada yang bisa membantuku mengartikannya ke dalam bahasa Indonesia?

Fyuuh..pusing aku! Capek! Masih ada yang mau bertanya padaku? Tak usah sajalah.. Kan sebenernya tuh yang pinter bahasa Jerman itu bukan aku. Tapi orang tuaku..jadi kalo mau tanya aja langsung sama mereka! Hahaha..^;^

Hm, ngomong-ngomong nih..aku jadi teringat sebuah cerita konyol. Cerita saat aku masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Entah bagaimana permulaannya, aku dengan PDnya membuka les-lesan privat bahasa Jerman untuk teman-teman sekelasku. Dibilang les juga enggak sih, dibayar aja kagak! Itu kan hanya sekedar iseng-isengannya anak SD! Hehe..dasar Dwinna! ^;^

Senin, 30 Juni 2008
-saat di rumah cuma berempat ajah..-

Aku dan SUNMOR

Hari gini belum pernah ke SUNMOR (baca: Sunday Morning)? Gile lu?? Pertanyaan itu mungkin memang pantas diajukan kepadaku yang sudah belasan tahun tinggal di Jogja. Siapa sih yang nggak tau SUNMOR? Pasar yang rutin hadir setiap Ahad pagi di kawasan kompleks kampus UGM. Pasar yang selalu saja membuat jalanan sekitar macet dan juga selalu meninggalkan banyak sampah yang mengotori kompleks UGM.

Aku yang sama sekali belum pernah menyengajakan diri datang ke SUNMOR, kecuali hanya sekedar numpang lewat -- menerobos di antara kerumunan orang-orang dengan motor NEW SMASH 110cc kesayanganku, terkadang berpikir. Sehebat apa sih SUNMOR sehingga orang berbondong-bondong ke sana? Seperti apa pula wajah SUNMOR sehingga seorang guruku pun mbela-mbelain datang ke SUNMOR? Aku semakin penasaran. Sungguh aku yang sudah menjalani hari-hariku sebagai mahasiswi tingkat satu ini, belum pernah sekalipun ke SUNMOR, kecuali satu kali saat SMA. Itupun karena diajak temanku untuk sarapan. Saat itu kami belum sarapan, padahal kami mau pergi outbond. Sehingga terpaksalah kami mencari bubur ayam di pasar Ahad pagi itu. Namun kami hanya sekedar sarapan, tanpa ¬sightseeing seperti yang dilakukan banyak orang.

Hari yang cerah, Ahad 14 Juni 2008. Pagi itu aku ada acara di daerah Seturan. Namun di tengah-tengah acara, tiba-tiba temanku mengajak pergi. “Ke SUNMOR yuk!” ajak temanku. “Ngapain?” tanyaku heran. “Jalan-jalanlah…!!” jawabnya. SUNMOR? Boleh juga, pikirku. “Oke!”

Dan akhirnya jadilah temanku membawaku kabur dengan mendudukkanku di jok belakang motor maticnya (wduh, aku paling deg-degan kalo diboncengin naik motor matic. Lhaa gimana enggak, kakiku jadi nggantung je…serasa melayang bo!). Sebenarnya kami nggak kabur kok! Lha wong acaranya lagi kosong. Daripada nunggu di sini, lama…nggak ada kerjaan pula. Ya udah aku pun membiarkan saja diriku diculik olehnya.

Sunday Morning. Setelah melewati jalan berliku-liku selokan Mataram, sampailah kami di perempatan Sagan. Kemudian temamku membelokkan motornya ke arah utara, selanjutnya mengarahkan motornya masuk ke halaman kampus D3 Ekonomi. Di situlah kami parkir.

Setelah menitipkan motor di parkiran D3 Ekonomi. Kami segera melangkahkan kaki keluar dari halaman kampus, menuju kerumunan pasar. Saat itu sudah sekitar jam sebelas, saat para pedagang yang menjajakan dagangannya di SUNMOR mulai mengemasi barang-barangnya. Jadi keadaannya tidak terlalu padat seperti jam-jam pagi. Namun biar bagaimanapun juga, pasar itu tetap saja mengacaukan lalu lintas. Mana orang-orang seenak udelnya berjalan lamban nan lenggak-lenggok bak putri solo! Halo mas, mbak..emangnya ini jalan punya nenek moyang situ? Cepetan dikit napa jalannya?? Ini jalan umum, jalannya yang bener dong! Tau aturan!! Lagian kalo jalan tuh jangan di tengah jalan! Ntar ketabrak mobil gimana?

Sementara lupakan dulu soal para pejalan kaki yang tidak tahu aturan itu. Sekarang kembali ke aku dan temanku. Baru beberapa langkah keluar dari halaman D3E, tiba-tiba temanku bertanya, “Kamu mau beli apa?”. Ups! “Nggak”, jawabku nyengir. Mau beli apaan? Boro-boro…maklum, bukan tipe orang yang suka shopping. Lalu kami pun melanjutkan hingga beberapa langkah hingga menemukan barang yang dicari temanku. Selepas mendapat barang yang diinginkan olehnya, kami pun meneruskan beberapa langkah lagi.

Yah, baru beberapa langkah, kembali temanku bertanya, “Kamu mau lanjut apa terus?”. Sekali lagi aku hanya nyengir kuda, “He…”. “Terserah”, jawabku sambil terus melangkah cepat. Beberapa detik kemudian temanku berkata lagi, “Ya udah pulang aja yuk!”. “Ya udah, ayo…” jawabku nyengir.

Begitulah sepenggalan kisahku dengan SUNMOR. Sebuah kisah dimana aku ingin menunjukkan keprihatinanku kepada orang Indonesia yang tak tahu aturan, dan aku sendiri sebagai orang Indonesia malu dibuatnya. Aku pun tak habis pikir, apa sih yang ada di benak mereka? Astaghfirullah...

Harapku untuk Indonesiaku, semoga menjadi lebih baik dari sekarang. Semoga dengan tanganku inilah Indonesia bisa berubah menjadi lebih baik. Semoga di tangan anak-anak bangsalah Indonesia menjadi negara yang berakhlak, beradab, bermoral, dan berpendidikan. Amin


Juni 2008
-sepulang dari Sunmor-

Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh...

(Puji syukur kehadirat Allah yang masih memberikan nikmat iman dan Islam pada diri ini..)

Selamat datang di blogku yang mungkin hanya berisi secuil pemikiran dan ungkapan isi hati...

Sungguh, kebenaran datangnya hanya dari Allah. Adapun kesalahan datangnya murni dari diri ini. Untuk itu mohon masukan, kritik, dan sarannya serta mohon dimaafkan atas segala kesalahan. Terima kasih. Selamat menikmati. Semoga bermanfaat dan membawa berkah. Amin

(Mulakanlah dengan membaca Basmalah.... dan akhirilah dengan Hamdalah..)