Monday, March 31, 2008

Sebuah Tulisan^;^

Beberapa waktu yang lalu, waktu aku lagi ngetik-ngetik nggak jelas gitu, adikku yang lucu dan imut mendatangiku. Tiba-tiba aja muncul ide isengku. Dia pun kupaksa mengetik sesuatu. Entah itu cerita, diary, pantun, ato bahkan puisi. Nah, akhirnya inilah hasilnya...^;^

(1)
Menjelang Subuh, aku terbangun dari lelapnya tidurku.Aku pun bergegas ke kamar mandi,untuk berwudhu,pipis,dan ganti CD.Setelah itu,aku pun segera shalat Subuh.Seusai shalat Shubuh,aku minum susu dan makan roti, tak lupa sebelum itu aku berdo’a dahulu................
(2)
PANTUN

Cantik-cantik makan lemak
Perut kecil jadi membesar
Jangan kamu suka malak
Nanti dipukul sampai memar

Kalau kamu punya hutang
Cepat-cepat kau lunaskan
Masakan ibu sudah matang
Mari-mari kita makan

Pergi Wisata ke Taman Safari
Melihat gajah,dan ikan pari
Pindah ke Solo,gak ngajak-ngajak
Titip aja! Oleh-oleh buat kakak
(3)
Di sebuah gubug,terdapat seorang janda miskin yang kesehariannya bekerja membanting tulang demi ketiga anaknya.Janda tersebut sering diejek dan dijuluki Si Mbok Surti.Setiap hari,Mbok Surti bekerja di sebuah kota yang cukup jauh dari rumahnya.Namun ia tak menghiraukannya,demi mencapai cita-cita ketiga buah hatinya.Biasanya Mbok Surti pergi bekerja sewaktu menjelang subuh.........................
(written by: AK 250308)

Induk Ayam yang Perkasa

Siang itu sepulang kuliah, aku kebagian jatah membuang sampah. Tiga kantong plastik penuh sampah siap kupindahkan ke bak sampah di depan rumahku. Baru berjalan beberapa langkah dari rumah, tiba-tiba pandanganku tertuju pada rumput dan beberapa tanaman ibuku yang tampak rusak daunnya. Ulah siapakah?

Tak jauh dari tempat itu, di balik rimbunan dedaunan, tampak beberapa ayam tetanggaku. Seekor induk ayam dan kelima anaknya. Oh, jadi ini ulah mereka, pikirku. Kalau saja mereka tidak merusak tanaman ibuku, aku tidak akan mengusir mereka dari halaman rumahku. Sebenarnya aku tidak tega mengusir ayam-ayam itu. Tetapi di lain sisi, aku juga tidak tega melihat tanaman – yang juga makhluk hidup – disakiti oleh ayam-ayam itu. Jadi, aku harus bagaimana?

Hush.. hush.. seruku seraya mengibas-ibaskan tanganku mengusir mereka. Namun mereka tetap tidak bergeming. Akhirnya kuputuskan untuk mengambil baskom dari almari dapur, lalu kuisi dengan air. Air di dalam baskom itu akan aku gunakan untuk mengusir ayam-ayam “nakal” itu.

Byur.. byur.. berkali-kali kusiram tanah di sekitar ayam itu dengan air. Dan sesekali air itu tak urung mengenai dan mengguyur basah tubuh mereka. Namun seolah tidak ada artinya. Hanya sesekali saja mereka beranjak. Mereka hanya berlari-lari menghindari “serangan”ku tanpa mau meninggalkan halaman rumahku.

Selang beberapa menit, ayam-ayam itu tetap tidak mau pergi. Bahkan ketika kucoba mendekati mereka, sang induk malah balik menantangku. Sorot matanya tajam memandangku dan seolah siap menerjangku.

Ah, induk ayam yang perkasa. Walau berkali-kali siraman airku membasahi tubuhnya, ia tetap tegar melindungi anak-anaknya yang masih kecil. Ia tidak peduli dengan bahaya yang akan ia dapatkan. Yang ia pikirkan hanyalah keselamatan anak-anaknya.

(Ayam-ayam.. maafin aku kalo aku udah mneyakiti kalian..T-T)

Catatan Seorang Bendahara II

Kamis, 20 Maret 2008

Pagi hari yang cerah. Langitnya begitu indah untuk dipandang. Udaranya yang dingin menyegarkan membelai kulitku. Pagi itu, panitia seminar akan mengadakan acara pembubaran panitia di Pantai Sundak.

Sekitar pukul enam pagi aku berangkat dari rumah menuju BEM diantar oleh ibuku tercinta. Namun sebelumnya aku mampir ke rumah tante Ani untuk mengambil kotak-kotak makan siang untuk kami makan di pantai nanti. (Gini deh kalo jadi sie konsumsi!!!)

Sekitar tiga puluh menit kemudian aku sampai di BEM. Namun entah kenapa tiba-tiba perasaanku tidak enak. Aku jadi malas ke BEM apalagi berkumpul bersama teman-teman. Setelah menurunkan segala ”aksesoris” alias barang-barang yang akan kami bawa, aku segera melarikan diri ke mushtek. Untuk menenangkan diri, menjauhi keramaian. Mencari kekuatan dan ketenangan batin. Menenangkan hati dan pikiranku. Mencoba mengusir setan yang membuat perasaanku galau.

Selama beberapa menit aku ”bersemedi” di mushtek. Menikmati kesendirianku, hingga tiba-tiba mbak Yuli memiskolku. Tanda bahwa kami akan segera berangkat. Ah, ya sudahlah. Kuakhiri saja ”semedi”ku. Pikirku. Toh aku sudah lumayan tenang. Bismillahirrahmanirrahim... Allahummaftahli abwaaba min fadlik, segera ku beranjak meniggalkan mushtek, menuju BEM.
Akhirnya selang beberapa menit kemudian, packing selesai. Kami berangkat menuju Pantai Sundak, dengan dua mobil (satu mobilnya mas Rendhy dan satunya lagi mobil sewaan) dan tiga sepeda motor. Mobil pertama alias mobilnya mas Rendhy berisikan enam orang makhluk, yaitu mas Slamet, mbak Alvi, Nadia, Tifa, dan aku. Dan satu lagi mas Rendhy, sebagai supir sekaligus pemilik Toyota Solluna hijau tua B 8076 SP yang kami tumpangi ini. Mobil yang satu lagi, berisikan Mbak Yuli, Bibah, Dian, Rika, Cindy, Ida, dan Tyas, disupiri oleh Pak Ketua (baca: mas WA) yang didampingi mas Eko. Sedangkan keenam bikers meliputi Ridho dan Dhika, Doni dan mas Cahyo, serta mas Hendra dan mas Ade. Kemanakah makhluk seminar yang lainnya?? Entahlah. Tanyakan saja pada air yang mengalir, ataupun pada rumput yang bergoyang. Loh??

Satu menit.. dua menit.. tiga menit..

Limabelas menit.. tiga puluh menit.. enam puluh menit.. waktu terus berputar. Namun Pantai Sundak masih belum kelihatan baunya.

Perjalanan cukup panjang. Namun kami tidak merasa bosan. Ada mbak Alvi yang menceritakan pengalaman masa kecilnya yang cukup unik. Kemudian ada Tifa yang membagi-bagikan Silverqueen. Lalu mas Rendhy dan mas Slamet begitu mesra. Ada juga si Nad yang tersipu malu memandang ke luar jendela. Dan tentu saja ada Dwinna yang keren, imut, dan lucu!! Hehe.. suasana di dalam mobil Solluna hijau ini benar-benar menyenangkan. Bagaimana dengan teman-teman di mobil satunya yah?? ^;^ lalu bagaimana pula dengan teman-teman yang naik motor? Ada Ridho yang berkali-kali iseng mengklakson kami. Ada juga Doni dan mas Cahyo yang tiba-tiba menghilang dari rombongan. Ada pula mas Ade yang meminta Nadia bertukar posisi. Lucu sekali.. semuanya lucu dan menyenangkan. Hingga aku benar-benar lupa dengan kejadian pagi tadi yang melukai hatiku.

Dua jam lebih kami berada di jalanan. Hingga akhirnya, kami pun sampai.

PANTAI SUNDAK!!

Subhanallah.. sungguh indah pantainya. Pasirnya putih berkilauan. Langitnya cerah menghangatkan suasana. Lautnya berwarna biru indah. Maha Suci Allah..

Laut pagi itu begitu tenang. Sesekali ombak-ombak kecil menari indah, menghempas bibir pantai. Mengalun indah seindah lantunan ayat-ayat suci. Warna birunya yang indah kehijau-hijauan beradu dengan buih-buih ombak nan putih bergulung-gulung. Bergemuruh, bagaikan pasukan berkuda Rasulullah saw yang perkasa.

Laut. Begitu tunduk mengikuti perintahNya. Laut tak henti-hentinya berdzikir pada Allah. Dzikir-dzikir cintanya menebar ke seluruh permukaannya. Menebarkan kedamaian bagi semesta.

---

Sesampainya di pantai, keinginan kami untuk segera menceburkan diri ke laut tertunda. Kami “dipaksa” (bercanda kok mas!!) mematuhi rangkaian acara yang sudah disusun oleh Pak Ketua SC (baca: mas Slamet). Rupanya acara pertama setelah tiba di pantai adalah games. Games pertama adalah wo dowo. What’s that? Itu adalah permainan “panjang-panjangan”. Masing-masing kelompok diperbolehkan menggunakan seluruh barang bawaannya untuk membentuk suatu rangkaian yang sangat puanjang, begitulah aturan mainnya. Dan ternyata pemenang dalam permainan ini adalah kelompok “keren” yang terdiri dari mbak Yuli, Bibah, Cindy, Rika, dan Ida. Kenapa mereka bisa menang? Karena mereka membawa benang!!! Sedangkan juara kedua diraih oleh kelompok yang membawa tali rafia, yaitu kelompok “autis” alias mas Rendhy dkk. (hix..mereka curang!!! ^;^)

Kemudian permainan kedua adalah lomba mengisi botol air mineral 1,5 liter dengan air laut hingga penuh. Masing-masing kelompok disediakan botol air mineral 500 ml yang sudah dilubangi sisi-sisinya. Jadi, mula-mula air laut diisikan ke dalam botol yang berlubang tersebut untuk kemudian dipindahkan ke botol yang besar. Begitulah!! ^;^ dan akhirnya pemenang dari tim putra adalah regu “autis” sedangkan dari tim putri adalah regu “imut” yang beranggotakan makhluk-makhluk imut : mbak Alvi, Nadia, Tifa, Tyas, Dian, dan aku. Lalu apakah hikmah dari permainan ini?

“Botol air mineral besar kita ibaratkan sebagai sesuatu yang ingin kita capai (baca: acara seminar HPTT) , sedangkan botol kecil yang berlubang adalah niat. Maka, kita akan kesusahan atau bahkan tidak bisa mengisi botol besar dengan botol yang berlubang itu. Jadi intinya, kita akan kesusahan atau bahkan tidak bisa mencapai apa yang kita inginkan jika sedari awal niat kita sudah bolong-bolong. Maka jangan pernah pesimis sebelum mencoba. Orang yang sudah berusaha, meskipun gagal, adalah lebih baik. Namun orang yang tidak mau berusaha, ia sudah pasti akan gagal dan ia adalah seorang pecundang ,” begitulah kurang lebih pesan dari mas Ade (dengan sedikit perubahan dariku, hehe).

Fyuuh!! Akhirnya acara permainan sudah selesai. Kini saatnya acara bebas. Ayo kita bermain air!!!!!! ^;^

---

Angin pantai berhembus lembut membelai tubuhku. Menari-nari indah mempermainkan jilbabku dengan nakal. Pasir pantai nan putih dan lembut kian membenamkan kakiku. Dan ombak-ombak kecil memukul-mukul kakiku dengan riang.

Disaksikan oleh langit cerah pagi itu, kami bermain dengan bahagia di tepi pantai Sundak. Membuang penat, menepis duka. Tiada resah juga gelisah. Yang ada hanyalah dzikir-dzikir yang senantiasa disenandungkan oleh raga ini.

Mata ini tak henti-hentinya bertasbih menyaksikan indahnya pantai dan laut yang kian mesra. Telinga ini pun turut bertahmid mendengar desahan angin yang tiada henti berhembus. Penciuman ini pun tak mau kalah, ia terus bertakbir mencium aroma khas pantai yang amis dan menyegarkan. Bahkan kedua kaki dan tangan ini seolah mengajakku bertakbir dan bersujud, tunduk merunduk pasrah memujimu keagunganNya.

Subhanallah walhamdulillah walaa ilaa ha illallahu wallahu akbar...

---

Hari masih pagi, kami berjalan menelusuri tepian pantai. Sambil sesekali membiarkan air laut menyentuh kulit kami. Kemudian berlari-lari cekikikan menghindari ombak nakal yang hendak menerjang kami. Berfoto-foto riang, serta berendam di laut.. sungguh menyenangkan.

Teman-teman kami yang laki-laki sedang asyik bermain bola di samping mobil yang tadi membawa kami ke sini. Sementara kaum hawa terus bernarsis ria. Hingga akhirnya kami bosan dan bertukar posisi. Aku, mbakYuli, dan mbak Alvi akhirnya berhasil ”mencuri” bola dari teman-teman pria. Kami pun mulai terbenam dalam keasyikan bermain bola. Permainan yang mulanya hanya kami mainkan bertiga akhirnya menggoda teman-teman lain untuk ikut bermain. Jadilah akhirnya ”pertandingan” sepakbola putri. Tendang ke sana, tendang ke sini. Tidak peduli gawang, tidak peduli kawan maupun lawan, pokoknya tendang!!!! Dan untuk memeriahkan jalannya permainan, mas Eko nimbrung dan menjadi kiper timku. Sementara di tim lawan ada mas Slamet yang menjaga gawang. Meskipun penjaga gawangnya seorang ”laki-laki”, namun kami bisa lho mencetak gol! Ada aku dan Nadia yang berhasil menundukkan kiper lawan. Begitu pula gawang kami yang berkali-kali kebobolan.

Menjelang waktu Dhuhur tiba, kami yang sudah kecapekan dan mulai gosong terpanggang sinar matahari yang terik, menyudahi permainan. Namun sebelum mengakhiri permainan, beberapa teman putri iseng bermain adu penalti dengan mas Eko sebagai penjaga gawangnya. Hehe..
Usai bermain bola, kami beramai-ramai mengupas buah segar untuk lotisan. Mengulek sambal sambil sesekali mencuri start dengan mencicipi lotis yang belum selesai dibuat. Hingga akhirnya waktu Dhuhur pun tiba. Sebagian di antara kami, pergi untuk membersihkan tubuh yang sudah kotor dan bau. Sementara yang lain mulai beranjak menunaikan shalat Dhuhur.

Ba’da shalat Dhuhur, kami langsung menyerbu kotak makan siang dan menyantap isinya dengan lahap. Sungguh nikmat menyantap makan siang usai bermain. Bermain selama setengah hari di tepi pantai sungguh membuat kami kecapaian dan kelaparan.

Beberapa menit kemudian, Pak Ketua SC kembali mengambil alih acara. ”Sekarang saatnya HtH (baca : heart to heart), ” ujar beliau. ”Sambil acara tukar kado...” lanjutnya.

---

Waktu telah menunjukkan pukul setengah tiga sore. Tak terasa sudah sekitar enam jam kami berada di pantai. Dan tibalah waktunya untuk pulang. Namun sebelumnya, sebagai acara wajib, kami kembali berfoto ria bersama-sama dengan background pemandangan pantai Sundak. Sebagai kenang-kenangan yang indah dan tidak akan terlupakan, semoga.

---

Setelah puas berfoto-foto, kami pun segera kembali menaiki kendaraan yang kami naiki ketika berangkat tadi pagi. Huff! Aku merasa berat meninggalkan pantai yang indah ini. Ada perasaan mengganjal ketika harus berpisah dengannya.

Begitu berat untukku tinggalkan pantai ini. Di mana ketenangan dan kedamaian mampu mewarnai hatiku. Di sini, di pantai ini.. kutemukan keindahan yang tiada terkira yang mampu menyejukkan kedua mata berlumuran dosa ini. Di pantai ini pula, kutemukan kesunyian yang menjauhkan kedua telinga ini dari hingar bingar kemaksiatan. Di sini pula, kutemukan penawar hati yang berlumuran racun, serta kesucian pikiran dari aroma kemaksiatan.

Selamat tinggal pantai Sundak! Semoga suatu hari nanti aku dapat mengunjungimu kembali.

Wednesday, March 26, 2008

Catatan Seorang Bendahara I

Pada suatu malam, tiba-tiba ada sebuah pesan baru muncul di layar HP ku. Segera saja kubuka pesan itu, rupanya dari mas WA. (Siapa itu mas WA? Nggak tau tuh! Hehe..) langsung saja kubaca SMS panjang itu dengan seksama. Tanpa pikir panjang, kuiyakan saja tawaran mas WA untuk menjadi SC (steering commitee) seminar HPTT sekaligus bendahara, BENDAHARA SEMINAR HPTT 62!!!!

Menjadi Bendahara? Entah apa yang kupikirkan saat itu. Selang beberapa saat setelah membalas SMS mas WA dengan mantap, akal sehatku mulai berpikir. Memangnya kamu pernah pegang uang banyak??? Jadi bendahara saja belum pernah! Berani sekali mengatakan ”iya”? Jangan pikir ini main-main Dwinna! Kamu pikir ini mudah? Kamu akan memikul amanah yang sangat besar! Kamu akan pegang uang banyak! Kamu akan pegang uang rakyat!!! Pikiran-pikiran seperti itu tiba-tiba mulai bermunculan memenuhi benakku, semakin membuatku bingung. Ah, nasi sudah menjadi bubur. Sudahlah kujalani saja. Begitu pikirku. Hingga pada suatu hari, aku benar-benar merasa malu atas suatu kesalahan yang kuperbuat. Dan mau tak mau, akhirnya kukatakan dengan jujur pada mas WA bahwa AKU SAMA SEKALI BELUM PERNAH MENJADI BENDAHARA!! Dan aku mengatakan pada beliau bahwa aku bersedia mundur dari jabatan Bendahara. Namun ternyata, mas WA menyuruhku untuk tetap maju. Untuk pembelajaran, katanya. Dan, bismillahirrahmannirrahim.. aku yang tanpa pengalaman sama sekali -- yang hanya berbekal nekat dan titah dari Pak Ketua bahwa bendahara itu : 1) bertugas mengatur sirkulasi dana, 2) mempunyai wewenang untuk menolak/menerima anggaran dana yang diajukan staf panitia serta meng-cut anggaran dana, 3) dan... harus GALAK+PELIT+TEGAS !!! -- pun bertekad untuk mengemban amanah ini dengan sebaik-baiknya. Aku akan berjuang bersama teman-temanku yang lain.

Sebelas Januari usai shalat asyar, kali pertama SC yang telah terbentuk dipertemukan. Beranggotakan tujuh orang, yaitu mas WA, mas Slamet, mas Ochan, Dimas, mbak Yuli, Nadia, dan aku, kami mengawali langkah dengan menyusun konsep acara hingga memilih staf, serta menentukan tema KEMANDIRIAN INDONESIA DI BIDANG TEKNOLOGI DAN INDUSTRI, yang kemudian membuahkan judul SINERGITAS PEMERINTAH, INDUSTRI, DAN MAHASISWA DALAM MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN INDONESIA DI BIDANG TEKNOLOGI DAN INDUSTRI. Perundingan yang cukup menguras energi! Sebagai penutup pertemuan hari itu, usai shalat maghrib, salah seorang dari kami berbaik hati untuk menraktir kami makan malam di Waroeng Steak. Hehe..syukron ya mas WA!! Makin tua aja nih! Met ultah ya..^;^

---

Pada awal perjalanan kepanitiaan ini, uang yang aku pegang hanya sebesar nol rupiah !! Kenapa? Satu-satunya alasan adalah karena uang dari dekanat (sebagai satu-satunya pemasukan kami selain uang tiket pendaftaran) belum turun juga. Padahal ketika itu, pengeluaran kami sudah cukup banyak. Alhamdulillah teman-teman panitia cukup pengertian sehingga mereka bersedia menomboki pengeluaran dengan uang mereka pribadi. Hingga pada tanggal 6 Februari 2008, dekanat menyerahkan segepok uang ’panas’ sebesar Rp 7.000.000,00. Akhirnya...

Hari demi hari terus berlalu.. waktu demi waktu, detik demi detik.. hidupku kian ‘berwarna-warni’ dengan uang sebesar Rp 7juta rupiah di kantongku..(hehe..^;^) capek juga sih sebenernya ngurusin duit (baca: pengeluaran) tiap hari. Yah, tapi apa boleh buat. Toh aku sendiri yang memutuskan untuk memasuki ‘dunia’ ini. Lagipula aku tidak merasakan kepayahan yang berarti dengan amanah ini. Aku bersyukur karena aku masih memiliki teman-teman (baca : teman-teman panitia) yang senantiasa membimbingku, dan yang pasti karena ada Allah swt yang memudahkan langkah ini..

Namanya juga hidup, tidak asyik tanpa adanya masalah. Begitupun dengan keuangan kami. Satu hal yang sempat membuat kami limbung adalah masalah konsumsi yang anggarannya begitu mempengaruhi keuangan kami. Kami pun bernegosiasi dengan dekanat. Ternyata, negosiasi kami dengan dekanat berlangsung cukup alot, karena kedua belah pihak sama-sama ngotot. Akhirnya, setelah melalui berbagai pertimbangan, dicapai kesepakatan bahwa dekanat akan mengurusi semua konsumsi seminar, dengan catatan kami harus mengembalikan anggaran dana konsumsi yang dulu kami ajukan ke dekanat sebesar Rp 2.110.000,00. Deal. Huff, kalau saja aku tak punya iman yang kuat, mungkin aku sudah terkapar tidak berdaya dalam pembaringan (hipoz !!!). Namun sekali lagi, tak ada yang dapat kuucapkan selain syukur yang tiada terkira pada Allah swt yang telah menguatkan hati ini, menguatkan diri ini dalam menempuh badai kehidupan.

---

Tak terasa sebulan telah berlalu. Hanya tinggal beberapa hari menjelang hari-H. Alhamdulillah, urusan seperti mengontak pembicara, menjual tiket pendaftaran, memesan seminar kit, hingga memesan kaos panitia sudah beres.

---

Malam menjelang hari-H. Kami disibukkan dengan acara mendekor ruangan yang akan digunakan esok pagi. Mengatur dan memindahkan kursi, memasang back drop, mengecek sound...semua kami lakukan bersama-sama dengan riang gembira dengan ditemani snack ringan untuk mengganjal perut kami yang kelaparan. Alunan musik dari laptop pun ikut menari indah menemani kami.

---

Tanggal 19Februari 2008, pagi hari

Hari itu akhirnya tiba juga. Alhamdulillah, aku yang bermalam di kosnya Nadia, tidak bangun kesiangan meski tadi malam kami hanya tidur sebentar menjelang subuh. Dengan semangat membara (meskipun terkantuk-kantuk), kami beranjak menuju Ruang Sidang II KPTU, tempat di mana seminar akan dilangsungkan.

Sebelum acara dimulai, para panitia berkumpul sejenak untuk melakukan briefing dan koordinasi, serta tak lupa memohon pertolongan dari Yang Maha Kuasa agar acara seminar ini dapat berlangsung sebagaimana mestinya. Dan akhirnya, sekitar pukul setengah sembilan kurang, acara dimulai.

Sekitar pukul satu siang acara seminar pun berakhir. Sebagai penutup, panitia menyediakan makan siang bagi semua peserta hingga tamu undangan.
Setelah makan siang dan shalat Dhuhur, panitia melakukan evaluasi.

Alhamdulillah, akhirnya acara seminar pun berakhir. Syukur yang tiada terkira tentu tak lupa kami panjatkan padaNya yang telah memudahkan kami dalam menyelenggarakan acara ini.

Friday, March 21, 2008

Kenapa Kusuka Warna Hijau

Merah-jingga-kuning-hijau-biru-nila-ungu-putih-coklat-hitam dan berbagai warna lain yang Allah ciptakan, yang dapat ditangkap oleh mata kita. Begitu indahnya warna. Namun ada satu warna yang aku suka, HIJAU. Tanya kenapa?

Awalnya aku tidak tahu kenapa aku suka warna hijau. Karena mulanya aku hanya ikut-ikutan kakak sepupuku. Konyol mungkin. Namun begitulah. Lama kelamaan aku mulai mencoba menyukai warna hijau. Apa-apa harus hijau, hijau, dan hijau.

Namun, seiring bertambahnya kedewasaanku, aku mulai mencoba mencari makna warna hijau. Dan, subhanallah.. Aku benar-benar merasa warna itu cocok dengan hatiku. Cocok dengan hal yang aku suka.

(bersambung)

Tuesday, March 18, 2008

ALLAH TIDAK BUTUH SEMUA ITU

Tak dapat dipungkiri lagi, manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna. Entah karena hal itu atau bukan, tetapi kebanyakan manusia menjadi sombong, angkuh. Mereka seolah lupa pada Tuhan yang telah menciptakan mereka. Mereka mengganggap diri mereka pintar, mengganggap diri mereka hebat. Memang benar, namun semua itu adalah karunia dari Allah, Tuhan kita. Lantas masih berapa persenkah manusia yang menyadari semua itu? Masih berapa banyakkah yang benar-benar menunaikan shalat sebagai kebutuhan bukan sekadar kewajiban? Masihkah kita sebagai Muslim mengeluarkan shadaqah sebagai ungkapan syukur kita atas nikmat Allah yang tiada henti-hentinya mengalir? Masihkah kita dengan ikhlas melantunkan ayat-ayat cintaNya dengan derai air mata permohonan ampun? Sungguh, nikmat Allah tiap detiknya tidak kan mampu kita tebus dengan semua itu. Bahkan seluruh amal ibadah dan kebajikan kita tidak kan mampu membayar setitik pun kasih sayangNya.

Sungguh Allah tidak membutuhkan semua itu. Ketika kita jauh dariNya, Dia tidak kan rugi. Dia juga tidak membutuhkan shalat kita. Dia tidak membutuhkan shadaqah kita, puasa kita, semua amal kita, semuanya…Allah tidak butuh!! Kitalah yang membutuhkan Dia. Kita tidak kan mungkin bisa berpisah dariNya. Tidak tidak akan pernah bisa jauh dariNya. TanpaNya kita hanya akan menjadi seonggok daging hina yang busuk!!

Hidup adalah pilihan. Begitu kata orang. Lantas jalan mana yang akan kita pilih?

Pagi hari yang dingin
31 Januari 2008 (06. 47)

Catatan Harian Seorang “Akhwat”

Aku hanyalah seorang wanita biasa. Ilmu agamaku bisa dibilang tidak seberapa, begitupun dengan kualitas ibadahku. Namun entah mengapa beberapa teman menjulukiku “akhwat”.


“Akhwat”. Istilah yang terlalu indah untuk kusandang. Sekalipun aku tidak pernah merasa melakukan sesuatu yang menunjukkan bahwa aku seorang muslimah “sejati” dengan amal ibadah yang “waw”. Dari segi penampilan pun aku jauh berbeda dengan para jilbaber yang mereka maksud dengan “akhwat” itu.


Antara haru dan pilu. Predikat itu terasa begitu mengganjal. Bukannya keberatan dengan predikat itu, sebaliknya aku merasa sangat tersanjung karenanya. Namun jauh di lubuk hati, aku merasa berdosa telah menipu orang-orang. Aku yang futur masih “rajin” meninggalkan tilawah harian, puasa sunnat, shalat rawatib, shalat dhuha, QL. Aku juga masih suka meninggalkan majelis yang kata orang adalah WAJIB. Lantas apa pantas aku mendapatkan predikat itu?


Sungguh aku sangat heran. Bagaimana bisa teman-temanku mengatakan aku seorang yang “alim”? Dari sisi manakah mereka memandang kealimanku? Sekali lagi, aku merasa sangat berdosa. Terkadang aku terlalu munafik. Di hadapan teman-temanku, terkadang aku yang masih “rajin” meninggalkan ibadah-ibadah, terlihat begitu khusyuk dalam shalatku. Begitu rajin tilawah dengan Al Qur’an mungil yang kusimpan dalam tasku. Begitu “ikhlas” menemani teman-temanku ke kantin meskipun aku sedang syaum. MUNAFIK! Sungguh munafiknya diriku ini. Namun sungguh, aku tidak bermaksud begitu. (Begitulah syaithan terlaknat itu membisikkannya ke dalam hatiku).


Ya Rabb, betapa munafiknya hambaMu ini. Betapa berdosanya diriku yang bagai sampah ini. Diriku terlalu kotor, diriku terlalu hina untuk meraih cintaMu.


Ya Rabb, jika Engkau Maha Pengampun, ampunilah kekhilafan hambaMu ini. Berilah hamba kesempatan untuk memperbaiki diri. Izinkanlah hamba kembali menata langkah hidup hamba, semata-mata karena cintaMu. Semata-mata demi meraih keridloanMu. Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Yogyakarta, 28 Januari 2008 *(06:46)*()

Ketika Kejenuhan Datang

Ketika kejenuhan dan keletihan datang, ada kalanya kami memerlukan terminal untuk beristirahat sejenak. Melepas lelah, penat. Begitu pula dalam perjalanan ini.

Tidak dapat kami pungkiri lagi, perjalanan ini amatlah panjang dan berliku. Perjalanan yang menyimpan sejuta misteri. Perjalanan yang melelahkan, yang hanya dapat ditempuh dengan keimanan dan kesabaran. Perjalanan yang tak hanya menguras energi fisik semata, namun juga energi jiwa dan pikiran kami.

Lelah, sudah bukan hal yang asing bagi kami. Penat, merupakan makanan sehari-hari kami. Kelelahan, memang acap kali melunturkan semangat kami. Banyaknya masalah yang membebani pikiran selalu saja menghempaskan tubuh kami. Namun itu bukanlah masalah besar. Kami mempunyai kekuatan yang maha dahsyat untuk menangkisnya. Kami mempunyai kekuatan yang tak terkalahkan.

Ikatan cinta dengan saudara-saudara di jalan ini merupakan sumber kekuatan kami. Ketika kelelahan mendatangi salah seorang di antara kami, saudara-saudara kami akan senantiasa menyemangati. Dan ketika iman salah seorang dari kami melemah, akan ada saudara-saudara kami yang hadir untuk membangkitkan kekuatan.

Ya, itulah kekuatan kami. Namun ada lagi kekuatan yang maha dahsyat yang kami miliki. Kekuatan yang tak dapat dikalahkan oleh apapun jua. Kekuatan dari Tuhan kami, Allah azza wajalla. Kekuatan yang berasal dari keimanan kami padaNya. Kekuatan yang berasal dari rasa takut kami. Kekuatan dari ketundukan kami pada Sang Maha Pencipta. Kekuatan abadi sepanjang masa, yang terucap dalam janjiNya. Bahwa kami akan menang! Allahu akbar!

Saat yang melelahkan
02 Februari 2008 (07:49

Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh...

(Puji syukur kehadirat Allah yang masih memberikan nikmat iman dan Islam pada diri ini..)

Selamat datang di blogku yang mungkin hanya berisi secuil pemikiran dan ungkapan isi hati...

Sungguh, kebenaran datangnya hanya dari Allah. Adapun kesalahan datangnya murni dari diri ini. Untuk itu mohon masukan, kritik, dan sarannya serta mohon dimaafkan atas segala kesalahan. Terima kasih. Selamat menikmati. Semoga bermanfaat dan membawa berkah. Amin

(Mulakanlah dengan membaca Basmalah.... dan akhirilah dengan Hamdalah..)